Tuesday, May 31, 2011

MENIMBA HIKMAH SEJARAH DOMESTIFIKASI AYAM

Oleh: Urip Santoso

Mempelajari sejarah bukan hanya sekadar menghafal angka-angka, rentetan peristiwa dan sebagainya, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Kita bisa mengambil hikmah sejarah pada semua makhluk di alam semesta ini. Pada kesempatan kali ini, penulis mengajak pembaca untuk mengambil hikmah sejarah domestifikasi ayam. Sengaja topik ini penulis ajukan mengingat ayam sangat akrab dalam kehidupan manusia Indonesia, namun hikmah yang ada di dalamnya belum banyak digali. Telah diketahui bahwa untuk mengenal masa kini dan masa yang akan datang, perlu bagi kita memahami masa lampau. Domestifikasi hewan merupakan salah satu penemuan yang besar dalam sejarah perkembangan manusia. Juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan pertanian dan masyarakat kota.
Berdasarkan kejadian arkaelogi dan berlandasan tanda-tanda domestifikasi dari Cina, Asia dan Eropa, serta juga berdasarkan kejadian palaloklimatik dari Cina, maka ayam pertama kali didomestifikasi dari jenis ayam Red Jungle Fowl Gallus Gallus di Asia Tenggara sebelum milenium ke-6 Sebelum Masehi (SM). Ayam kemudian menjalar ke Cina sekitar tahun 6.000 SM. Selanjutnya ayam masuk ke Jepang melalui Korea pada zaman Yayoi (300 SM – 300 Sesudah Masehi). Domestifikasi ayam di India sekitar tahun 2.000 SM yang merupakan perembesan dari Asia Tenggara, atau memang berasal dari India itu sendiri. Walaupun zama besi merupakan periode utama penyebaran ayam ke Eropa, namun ayam telah ada di beberapa daerah Eropa pada zaman neolitik akhir dan awal zama perunggu. Diduga ayang tersebut berasal dari Cina melalui Rusia.  Namun teori ini belum dapat dibuktikan mengingat arkaelog Uni Soviet belum menyelidiki kebenarannya.
Walaupun para ahli sependapat bahwa ayam yang didomestifikasi itu berasal dari Jungle Fowl di India dan Asia Tenggara, mereka masih berbeda pendapat tentang bentuk ayam liar sebagai nenek moyangnya. Sebagaian para ahli berpendapat bahwa nenek moyang ayang sekarang ini adalah Red Jungle Fowl (bentuk domestik Gallus gallus), dan sebagian lainnya berpendapat bahwa ayam modern ini berasal dari kombinasi spesies Jungle Fowl (domestik dari Gallus domesticus).
Dari sedikit uraian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat tanda-tanda atau bekas-bekas yang dapat dijadikan pedoman oleh para ahli untuk menelusuri masa lampau. Namun dalam menelusuri sejarah masa lampau, hendaknya kita dapat mengambil pelajaran yang berguna buka saja untuk di dunia saja, tapi  juga untuk di akhirat. Misalnya dengan memperhatikan hikmah yang terkandung dalam sejarah masa lampau dilihat dari kaca mata seorang muslim. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat Al Mu’minun ayat 82 yang artinya:
”Maka pakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.” (Al Mu’minun: 82).

Friday, May 27, 2011

BETERNAK SAPI BALI

Oleh: Ir. Hidayat, M.Sc
.
1. PENDAHULUAN.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan peternakan di Indonesia adalah upaya dalam pencukupan kebutuhan protein hewani, yang pada gilirannya hal ini akan berpengaruh pada kecerdasan bangsa. Salah satu produk produk protein hewani adalah daging, yang dapat dihasilkan dari berbagai komoditas ternak, baik dari ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar, terutama sapi, mempunyai peran yang sangat besar dalam penyediaan daging. Daging sapi pada umumnya dihasilkan dari sapi potong, seperti sapi bali, sapi madura, dan sapi peranakan ongole. Selain jenis sapi tersebut, beberapa perusahaan penggemukan yang mempunyai modal kuat menggunakan bibit sapi impor dari Australia. Namun, sejalan dengan krisis yang melanda negara kita akhir-akhir ini menghadapkan kegiatan penggemukan sapi dengan menggunakan sapi impor menjadi usaha sangat berat, bahkan perusahaan penggemukan skala besar pun mencoba mengalihkan usahanya, kalau tidak menutup usahanya. Kondisi yang semacam ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi kita untuk mengisi kekurangan suplai daging dengan memberdayakan potensi yang kita punya.
Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang diketahui mempunyai keunggulan-keunggulan dan nyata-nyata disukai oleh petani peternak, sehingga pengembangannya telah merata hampir di seluruh pelosok nusantara. Hal ini sejalan dengan usaha yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu sebagai petani. Ternak sapi merupakan bagian dari sebagian kehidupan petani karena dengan memelihara ternak sapi petani mendapatkan manfaat yang dapat meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan keluarga petani.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemeliharaan ternak sapi:
1.   Menciptakan lapangan kerja bagi keluarga
2.   Mendapatkan pupuk kandang dari kotorannya, yang saat ini sangat terasa karena pupuk buatan tidak lagi disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya sangat mahal. Untuk menggantikan sebagian pupuk nitrogen, petani dapat memanfaatkan urin sapi untuk disiramkan pada tanaman pertanian.
3.   Dapat memanfaatkan tenaga sapi untuk pengolahan lahan dan bentuk tenaga kerja lainnya.
4.   Hasil jual ternak, baik yang didapat dari pertambahan berat badan maupun yang didapat dari tambahan anak.

LANGSING DENGAN DAUN KATUK

Oleh: Urip Santoso
Para hadirin yang terhormat, assalamu’alaikum wr. wb.  Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya menyampaikan orasi ilmiah popular saya dengan judul “Langsing dengan Daun Katuk”.
            Hadirin yang terhormat, mengapa judul ini saya ambil. Karena saya ingin langsing. Karena banyak orang ingin langsing. Semua ingin langsing kecuali orang Flores. Menurut berita dari seberang, wanita yang cantik bagi orang Flores adalah wanita yang gemuk dan gendut. Segendut Valentina Vilanoeva dalam telenovela Mi Gorda Bella yang pernah ditayangkan di RCTI OK. Langsing bukan lagi milik kaum wanita. Ia pun telah menjadi idola para pria. Pria ingin tampil langsing, atletis dan kuat.
            Para haridin yang terhormat, seperti kata pepatah banyak jalan menuju Roma. Demikian pula banyak jalan menuju langsing. Jika anda bertanya kepada ahli Reiki Tummo tentang kiat langsing. Mungkin ia akan menjawab dengan ber-diet, olahraga dan terutama melakukan terapi ala Reiki Tummo. Tentu saja lain pula kiatnya jika anda bertanya pada ahli Tetada Kalimasada. Yah, banyak orang berpantang ini berpantang itu hanya karena ingin langsing. Pokoknya segala jalan alternatif ditempuh. Banyak yang gagal (seperti saya), tetapi banyak pula yang berhasil.
            Mengapa kita ingin langsing? Apakah karena hanya ingin tampil seksi, atletis atau semacamnya? Yah, dewasa ini orang ingin langsing bukan saja karena ingin seksi, tetapi juga dikarenakan  tubuh yang ideal memberi dampak positif bagi kesehatan. Telah diketahui secara luas bahwa badan yang gemuk merupakan sumber penyakit.
Kegemukkan dapat merangsang timbulnya berbagai penyakit antara lain kencing manis, penyakit jantung koroner, kanker, kelainan pada paru-paru, stroke, penyempitan pembuluh darah, menurunkan daya kekebalan tubuh dan sejumlah penyakit degeneratif lainnya. Penyakit jantung koroner misalnya merupakan salah satu penyebab kematian penduduk di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan, penyakit ini semakin hari semakin bertambah kasusnya. Penyebab utamanya adalah karena perubahan pola makan dari pola makan berserat tinggi ke pola makan berserat rendah, tinggi kalori dan tinggi lemak.

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN KATUK TERHADAP KUALITAS TELUR DAN BERAT ORGAN DALAM


Urip Santoso
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu
Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak daun katuk terhadap kualitas telur. Empat puluh delapan ekor ayam petelur umur 40 minggu (strain RIR) didistribusikan menjadi 6 kelompok perlakuan sebagai berikut. Satu kelompok diberi ransum tanpa EDK (P0), dan lima kelompok lainnya diberi ransum  plus EDK-air panas pada level 9 g/kg (P1), ransum plus EDK-etanol pada level 0,9 g/kg (P2), ransum plus EDK-etanol pada level 1,8 g/kg (P3), ransum plus EDK-metanol pada level 0.9 g/kg (P4), dan ransum plus EDK-metanol pada level 1.8 g/kg (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun katuk berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tebal kerabang, tinggi rongga udara, indeks kuning telur,  indeks warna kuning telur, berat putih telur, bau dan rasa telur, jumlah  Salmonella sp., pada kerabang telur, persentase toksisitas, berat organ dalam, tetapi berpengaruh secara nyata (P<0,05) terhadap Staphylococcus sp., berat telur, HU, berat kuning telur, berat kerabang telur dan panjang usus halus. Dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak katuk kurang efektif meningkatkan kualitas telur dan tidak bersifat toksit. Penambahan EDK-etanol sebesar 0,9 atau 1,8 g/kg, dan EDK-metanol sebesar 0,9 g/kg cukup efektif untuk menurunkan jumlah Staphylococcus sp pada kerabang telur. Untuk meningkatkan mutu telur melalui ekstrak daun katuk, maka perlu dilakukan penelitian penggunaan ekstrak  tersebut di atas  tingkat penambahan pada penelitian ini. (Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 2 (1): 5-10, 2007).

Kata kunci: Ekstrak katuk, kualitas telur, organ dalam

Effect of Sauropus androgynus extract on the carcass quality of broiler chicks

Urip Santoso
Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Bengkulu University
Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu
Abstract
The aim of this research was to evaluate effect of Sauropus androgynus leaf extract (SAE) on carcass quality of broiler chicks. Forty 20-day-old male chicks were divided into four treatment groups with five replicate each. Each replicate consisted of two male broilers. Complete randomized design was used in this experiment. One groups was fed basal diet + 0 g SAE, and other three groups were fed basal diet + 9 g/kg diet, basal diet + 13.5 g/kg diet, or basal diet + 18 g/kg diet. Basal diet contained 19% crude protein and ME 3.200 kcal/kg. It was shown that SAE supplementation did not significantly affect carcass percentage, meat bone ratio and cooking loss. SAE supplementation significantly reduced total fat accumulation as compared breast and thigh lesion score (P<0.05). 18 g SAE supplementation had lower total fat accumulation as compared to the control, 9 g or 13.5 g treatment group. 13.5 g or 18 g SAE supplementation had less smell and less color of meat than other groups (P<0.05). 18 g SAE supplementation had better taste of meat than the control group (P<0.05). In conclusion, 18 g supplementation of SAE to the diet resulted in the best carcass quality BIPP, 7 (1): 22-28 (2001).
Key words: Sauropus androgynus extract, carcass quality, broiler

Thursday, May 26, 2011

LABORATORIUM LAPANGAN JURUSAN PETERNAKAN, FAKUKTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS BENGKULU

Oleh: Prof. Urip Santoso
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
1. Pendahuluan
Lulusan  Peternakan Universitas Bengkulu diharapkan selain mempunyai wawasan keilmuan juga mempunyai keterampilan di bidang peternakan. Dengan demikian lulusan Peternakan Universitas Bengkulu dipersiapkan mampu membuka peluang usaha di bidang peternakan.
Untuk mencapai tujuan tersebut Jurusan Peternakan telah berupaya melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung  lulusan dengan criteria di atas. Melalui Due Project, Unib Due Like, Semi Que-3, Semi Que 4, SP4  dan A2 Jurusan Peternakan telah menambah berbagai sarana seperti buku, jurnal ilmiah, sarana dan prasarana laboratorium, kandang dan lain sebagainya. Meskipun telah diupayakan namun kelengkapan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sebagaimana yang tersebut di atas masih banyak mengalami kendala.
Selain laboratorium indoors, Jurusan Peternakan juga mempunyai laboratorium outdoors atau laboratorium lapangan.  Laboratorium outdoors dikembangkan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam menghasilkan produksi yang optimal, sehingga diharapkan jika mereka lulus mereka sudah terampil dalam usaha ternak. Keterampilan memelihara ternak tidaklah cukup untuk menghasilkan lulusan yang mandiri. Oleh sebab itu, mereka juga dilatih untuk memasarkan hasil produksi mereka baik berupa produk asli maupun produk olahan seperti nugget, telur asin, bakso, yogurt dan lain sebagainya. Meskipun demikian, mengingat terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, tidak semua mahasiswa mampu mengembangkan wawasan dan keterampilan mereka di bidang peternakan. Jurusan Peternakan berupaya terus menerus untuk meningkatkan layanan kepada mahasiswa sehingga  nantinya semua lulusan di Jurusan Peternakan akan mempunyai wawasan dan keterampilan usaha peternakan.
2. Laboratorium Lapangan Jurusan Peternakan
Laboratorium Lapangan Jurusan Peternakan menempati lokasi seluas 5 hektar. Pemanfaatan lahan tersebut masih belum optimal terutama dalam penyediaan hijauan bagi ternak ruminansia. Di dalam laboratorium ini terdapat lahan hijauan seluas 1 hektar, kandang rusa, kandang domba, kandang kalkun, kandang itik dengan rawa yang cukup  luas, kandang broiler, kandang ayam petelur, kandang puyuh, kandang kerbau dengan rawanya, kandang sapi potong, kandang kambing dan kandang sapi perah, gudang pakan, rumah petugas kandang, rumah jaga, dan kandang pemeliharaan cacing serta sarana pemanfaatan kotoran sapi untuk biogas. Meskipun semua fasilitas masih dalam kondisi yang terbatas, namun keberadaan Laboratorium Lapangan ini sangat membantu terutama sarana praktikum bagi mahasiswa.
Selain itu, pada tahun 2010 ini, Jurusan Peternakan mengembangkan usaha ayam broiler melalui kegiatan kemitraan. Saat ini telah dibangun kandang ayam broiler dengan kapasitas 3000 ekor.
Fungsi Laboratorium Lapangan
Ada beberapa fungsi yang dapat dikemukakan, antara lain:
1) Sebagai sarana praktikum mahasiswa. Ini merupakan fungsi utama dari laboratorium lapangan di suatu perguruan tinggi, sebab bisnis inti dari suatu perguruan tinggi adalah tri dharma perguruan tinggi.
2) Sebagai sarana penelitian mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dalam rangka menyelesaikan tugas akhirnya memerlukan sarana dan prasarana penelitian. Hendaknya desain laboratorium lapangan ini diperuntukkan terutama untuk menunjang kebutuhan mahasiswa. Agar pemanfaatan sarana ini lebih optimal, maka perlu juga dirancang bahwa sarana dan prasarana ini dapat digunakan oleh dosen sebagai tempat penelitian. Hendaknya topic penelitian mengarah kepada Pola Ilmiah Pokok (PIP). Jika hal ini bisa dikembangkan, di masa yang akan datang PT dapat menjadi pusat pembelajaran dan penelitian suatu bidang kajian khusus.
3) Sebagai wahana yang ideal dalam menciptakan suasana akademik, sebab di laboratorium lapangan ini akan dapat terjalin komunikasi yang intensif antara dosen dan mahasiswa, dosen dan dosen, serta mahasiswa dan mahasiswa.

Tuesday, May 24, 2011

Membenahi Sumber Daya Manusia Peternakan

Oleh: Urip Santoso

Dalam milenium ketiga ini, Indonesia menghadapi tantangan yang besar. Mau tidak mau, siap tidak siap kita harus memasuki era persaingan bebas atau era perdagangan bebas. Peristiwa penting lainnya adalah adanya otonomi daerah yang dituangkan dalam UU No. 22/1999 serta diberlakukannya otonomi perguruan tinggi.
Ketiga peristiwa tersebut harus diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga sebagian besar tantangan, ancaman dan kendala dalam mempersiapkan diri menghadapi tatanan dunia yang berubah begitu cepat dapat diatasi dengan tepat. Hal ini memerlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di suatu daerah. Kualitas SDM yang tinggi merupakan aktor utama dalam pembangunan daerah di era otonomi daerah dan era pasar dunia.
Perguruan tinggi sebagai penghasil, penyedia dan pengelola SDM dituntut untuk menghasilkan lulusan dan menyediakan SDM yang berkualitas tinggi ditinjau dari segi daya pikir, wawasan maupun keterampilan memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul dan yang akan timbul di dalam masyarakat. Selain itu, perguruan tinggi juga dituntut menghasilkan produk-produk unggulan yang dibuat melalui teknologi, baik teknologi sederhana maupun modern guna memenuhi kebutuhan masyarakat industri dan masyarakat pengguna lainnya.
Pemerintah daerah yang merupakan motor penggerak otonomi daerah dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan mampu mendayagunakan semua potensi daerah bagi kemajuan dan perkembangan daerahnya.
Agar pembangunan di suatu daerah berjalan maksimal, maka adalah suatu keharusan adanya kerjasama dalam konteks yang benar antara perguruan tinggi sebagai institusi penyedia SDM dengan Pemerintah Daerah dalam mensiasati otonomi daerah di era pasar bebas. Untuk itu diperlukan suatu sikap yang bijaksana dengan melepaskan ego-ego yang selama ini terjadi.
Salah satu bidang garapan usaha yang sangat potensial dalam mendukung era otonomi daerah sekaligus menghadapi era pasar bebas adalah sektor peternakan. Namun demikian, diperlukan perubahan orientasi, misi dan visi serta manajemen yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan pembangunan masyarakat lokal, nasional maupun internasional.

Beberapa Permasalahan Peternakan

Oleh: Urip Santoso


DUNIA peternakan di Indonesia dihadapkan kepada kendala-­kendala yang berat yang harus segera diatasi dalam menghadapi tantangan era pasar bebas. Pertama, belum dapat dicapainya standar gizi nasional sebesar 6 gram protein hewani asal ternak per hari per orang. Kedua, produktivitas ternak masih rendah serta angka kematian ternak yang relatif masih cukup tinggi. Ketiga, belum dapat dimanfaatkannya peluang ekspor ternak dan hasil ternak dalam upaya peningkatan penerinnaan devisa dan penciptaan lapangan kerja baru. Keempat, kerugian yang diderita akibat penurunan mutu dan kerusakan hasil‑hasil peternakan karena penanganan yang kurang tepat. Kelima. belum dimanfaatkannya sumberdaya alam secara optimal karena kurangnya minat instansi dan masalah-­masalah lainnya yang terkait, di antaranya kurangnya tenaga teknis terampil. ketersediaan teknologi tepat guna dan lain-­lain. Keenam, lemahnya kelembagaan dan posisi peternak. Ketujuh. adanya tuntutan agar pengelolaan peternakan dapat memperhatikan masalah lingkungan yang dihasilkannya. Permasalahan‑permasalahan tersebut harus segera diatasi guna menghadapi era otonomi daerah dan era pasar bebas.

Saturday, May 21, 2011

Effect of Sauropus androgynus extract on the performance of broiler

U. Santoso
Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Bengkulu University
Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu

Abstract
The aim of this research was to evaluate effect of Sauropus androgynus leaf extract (SAE) on performance of broiler chicks. Forty 20-day-old male chicks were divided into four treatment groups with five replicate each. Each replicate consisted of two male broilers. Complete randomized design was used in this experiment. One groups was fed basal diet + 0 g SAE, and other three groups were fed basal diet + 9 g/kg diet, basal diet + 13.5 g/kg diet, or basal diet + 18 g/kg diet. Basal diet contained 19% crude protein and ME 3.200 kcal/kg. It was shown that SAE supplementation did not significantly affect body weight and body weight gain, but it significantly reduced feed intake at all levels whereas feed conversion ratio was significantly reduced in broilers fed 18 g SAE. Income over feed cost was highest in broiler chicks received 18 g SAE. In conclusion, 18 g supplementation of SAE to the diet resulted in the best performance and income over feed cost BIPP, 7 (1): 15-21 (2001).
Key words: Sauropus androgynus extract, performance, income over feed cost

Effect of Sauropus androgynus extract on organ weight, toxicity and number of Salmonella sp and Escherichia coli of broiler meat

Urip Santoso
Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Bengkulu University
Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu

Abstract
The aim of this research was to evaluate effect of Sauropus androgynus leaf extract (SAE) on organ weight, toxicity and number of Salmonella sp and Escherichia coli of broiler meat. Forty 20-day-old male chicks were divided into four treatment groups with five replicate each. Each replicate consisted of two male broilers. Complete randomized design was used in this experiment. One groups was fed basal diet + 0 g SAE, and other three groups were fed basal diet + 9 g/kg diet, basal diet + 13.5 g/kg diet, or basal diet + 18 g/kg diet. Basal diet contained 19% crude protein and ME 3.200 kcal/kg. It was shown that SAE supplementation did not significantly affect gizzard weight and spleen weight, but it significantly increased liver weight in broilers fed diet supplemented 13.5 g SAE/kg and toxicity (P<0.05), and significantly reduced heart weight in broilers fed diet supplemented 18 g SAE/kg. SAE significantly reduced the number of Salmonella sp and Escherichia coli of meat (P<0.05). In conclusion, 18 g supplementation of SAE to the diet resulted in lower heart weight with no toxicity observed, and resulted in met with lower contamination of pathogenic bacteria BIPP, 7 (2): 162-169 (2001).
Key words: Sauropus androgynus extract, organ weight, toxicity, Salmonella sp., Escherichia coli

Tuesday, May 17, 2011

Effects of Sauropus androgynus (Katuk) leaf extract on growth, fat accumulation and fecal microorganisms in broiler chickens

U. Santoso, E. Handayani and Suharyanto
Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Bengkulu University
Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu, Indonesia

Abstract
A study was conducted to determine the effects of Sauropus androgynus leaf extract on growth, carcass quality and the number of fecal microorganisms in broiler chickens. Forty-eight male Arbor Acres broiler chickens (21-d-old) obtained from a commercial hatchery were used in the present study. Experiment consisted of four treatment groups with four pen replicates of three broilers allocated randomly to each dietary treatment from day 21-42 old. One group was the control with no additional Sauropus androgynus leaf extract (SAE) (P0), and other three groups were given drinking water supplemented with 1.5 g (P1), 3.0 g (P2) or 4.5 g SAE/l water (P3). The diet used was a commercial mix (crude protein: 19% and Metabolizable Energy 3.200 kcal/kg). Feed intake significantly reduced in P2 or P3 as compared with the control (P<0.05). A decrease in feed conversion ratio was observed in treatment groups as compared with the control (P<0.05). Abdominal fat, neck fat and liver fat content were significantly reduced by SAE (P<).05), while carcass fat content was not significantly different. Number of fecal Escherichia coli in P1 or P3 (P<0.01) and fecal Streptococcus sp. and Salmonella sp. were significantly (P<0.01) reduced by SAE supplementation as compared with the control, while fecal Bacillus subtilis in P2 and Lactobacillus sp. in P1 (P<0.01) were significantly higher as compared with other groups. SAE (P2 or P3) also significantly improved meat taste, shank color but lowered meat color (P<0.05) as compared with the control group. It was found that the number of fecal Streptococcus sp. was suitable to predict abdominal fat. In conclusion, the inclusion of SAE at 4.5 g/l drinking water resulted in the best performance and carcass quality (Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 6 (4): 220-226.
Key words: Sauropus androgynus leaf extract, fat accumulation, broilers.

Basic beef sausages


Preparation Time
75 minutes
Makes
1kg (14 sausages)
Ingredients
  • 1kg chuck steak or 1kg regular beef mince
  • 35g (1/2 cup) fresh breadcrumbs or 60g (1/2 cup) finely ground rusks
  • 1/4 cup finely chopped fresh continental parsley
  • 50g (about 5-6) eschalots (French shallots) or 1/2 medium brown onion, finely chopped
  • 2 small garlic cloves, crushed
  • 1 1/2 tsp salt
  • 1/2 tsp freshly ground black pepper
  • 2 90cm lengths thick natural sausage casings

Membuat Sosis Sapi



Bahan Sosis Sapi :
  • Daging sapi berkualitas, 500 gram
  • Tepung tapioka, 200 gram
  • Putih telur, 3 butir
  • Merica bubuk, 1 sendok teh
  • Bawang putih, 3 siung haluskan
  • Garam dapur, secukupnya
  • Gula pasir, 1/5 sendok makan
  • Air es, 100 ml atau es serut 150 gram
  • Plastik khusus sosis ( casing ) , secukupnya
Cara membuat Sosis Sapi :
  1. Pisahkan daging dari lemak dan jaringan ikat jika ada. Campur daging dengan sebagian air es.
  2. Haluskan dengan food processor.
  3. Campurkan daging sapi dengan bahan yang lainnya, aduk rata. Masukkan adonan dalam plastik segitiga.
  4. Semprotkan adonan sosis ke dalam casing hingga adonan habis. Rapatkan dan ikat ujung casing dengan tali, kemudian ikat kembali tiap 10 cm ( sesuai selera ) dari ujung ikatan.
  5. Kukus / rebus sosis hingga matang sekitar 30 menit. Angkat dan masukkan dalam air dingin. Tiriskan dan lepaskan ikatan benangnya.
  6. Sosis siap digunakan.
Untuk 20 buah Sosis Sapi
Tips Sosis Sapi :
Apabila menggunakan daging berwarna merah seperti daging sapi, untuk mempertahankan warna merahnya anda bisa tambahkan garam sendawa dan kurangi penggunaan garam dapurnya. 1 kg daging penambahan garam sendawanya tidak boleh lebih dari 1 sendok makan.

Effect of Sauropus androgynus (katuk) Extract on Production, Nitrogen and Phosphor Contents, and Number of Colonized Microbia in Feces of Layers

Urip Santoso
Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Bengkulu University
Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu, Indonesia

ABSTRACT
The present study was conducted to evaluate effect of Sauropus androgynus extract (SAE) on feces production, nitrogen and phosphor contents and microflora in feces of layers. Forty eight 40-week days layers (strain RIR) were distributed to 6 treatment groups. One group was fed diet without SAE (P0), and groups were fed diets plus hot-water-SAE at level of 9 g/kg (P1), diets plus ethanol-SAE at level of 0,9 g/kg (P2), diets plus ethanol-SAE at level of 1,8 g/kg (P3), diets plus methanol-SAE at level of 0.9 g/kg (P4), and diets plus methanol-SAE at level of 1.8 g/kg (P5). Experimental results show that 9 g hot-water-SAE or 0.9 g SAE-methanol supplementation significantly reduced nitrogen content and production of faces. However, SAE inclusion had no effect on phosphor content of faeces (P<0,05). SAE inclusion significantly affected the number of Salmonella sp., Staphylococcus sp., Escherichia coli, Lactobacillus sp., Bacillus subtilis (P<0,05) and Streptococcus sp. (P<0,01). In conclusion, inclusion of ethanol-SAE at level of 1.8 g/kg diets was effective to reduce Salmonella sp and Escherichia coli in feces. Inclusion of 9 g hot-water-SAE or 0.9 g methanol-SAE was effective to reduce nitrogen production and content in feces (Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis).
Key words: Sauropus androgynus extract, microbia, nitrogen, feces

Wednesday, May 11, 2011

Mengenal Daun Katuk dan Manfaatnya



i
Berikut ini materi dialog di BTV (Bengkulu TV) yang sutingnya telah dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2009
 Oleh: Urip Santoso
 Quantcast
A. Komposisi Kimia Daun Katuk


A.1. Komposisi gizi
Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Katuk per 100 gram
No Komponen gizi Kadar
1 Energi (kkal) 59
2 Protein (g) 4,8-6,4
3 Lemak (g) 1,0
4 Karbohidrat (g) 9,9-11,0
5 Serat (g) 1,5
6 Abu (g) 1,7
7 Kalsium (mg) 204
8 Fosfor (mg) 83
9 Besi (mg) 2,7-3,5
10 Vitamin A (SI) 10.370
11 Vitamin C (mg) 164-239
12 Vitamin B1 (mg) 0,1
13 Vitamin B6 (mg) 0,1
14 Vitamin D (µg) 3.111
15 Karotin (mcg) 10.020
16 Air (g) 81
Daun katuk merupakan sayuran yang paling kaya akan klorofil (zat hijau daun)

Tuesday, May 10, 2011

Pedoman Praktis Beternak Ayam Kampung Pedaging

oleh: www.sentralternak.comQuantcast
Di waktu yang singkat ini perkenankan kami untuk ikut melengkapi artikel atau pengetahuan tentang cara beternak ayam kampung pedaging. Banyak sudah artikel dan makalah yang ditulis oleh pakar dan ahli dibidangnya dalam masalah ini akan tetapi mengingat anemo masyarakat untuk mengetahui cara beternak yang baik dan praktis maka kami meluangkan waktu untuk bisa menulisnya. Semoga yang sedikit ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif  ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : dengan membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatip dan positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman yang panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...