Oleh: Urip Santoso
Telah
diketahui bahwa protein memegang peranan yang sangat penting bagi
kesehatan manusia. Protein antara lain berperan penting dalam
perkembangan sel otak, memelihara dan mengganti sel yang rusak dll.
peranan ini tidak tergantikan oleh zat nutrisi lainnya. Oleh sebab itu,
protein harus ada dalam makanan manusia.
Kebutuhan
protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur, jenis
aktivitas dll. menurut Winarno et al (1980) sebaiknya 25% dari kebutuhan
protein dipenuhi dari hewan. Misalnya bila kita membutuhkan 51 gram
protein setiap harinya (kebutuhan orang dewasa), maka protein hewaninya
adalah 12,75 gram per hari denganprotein nabatinya sebesar 38,25 gram.
Kebutuhan protein dari hewani ini dapat dipenuhi dari ikan atau produk
air lainnya dan dari ternak. Jika target minimal konsumsi protein asal
ternak sebanyak 5 gram, maka sisanya dapat dipenuhi dari ikan sebesar
7,75 gram. Ikan selain sebagai sumber protein juga kaya
akan asam lemak omega 3 yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan
sel otak, retina mata dll. disinyalir asam lemak ini dapat meningkatkan
perkembangan kecerdasan anak-anak.protein asal hewan sangat penting
bagi kita karena komposisi asam aminonya lebih seimbang, sumber mineral
penting, dan sumber vitamin B12 yang tidak ada dalam produk nabati, dan
yang penting lebih lezat. Variabilitas konsumsi sumber protein ini
sangat penting untuk memberikan pengaruh suplementari yang positif. Hal
ini dapat melengkapi kekurangan yang ada pada satu jenis sumber protein.
Selain karena dapat menyeimbangkan asam amino yang dikonsumsi, maka
dengan variabilitas tersebut, akan diperoleh keseimbangan zat gizi
lainnya, mengingat sumber protein yang dikonsumsi bukanlah protein
murni.
Protein asal Ayam Ras
Kebutuhan
protein asal ternak bagi masyarakat Indonesia ditargetkan sebesar 5
gram/kapita/hari yang terdiri dari daging 22 gram, telur 6 gram dan susu
6 gram per kapita per hari. Variabilitas konsumsi protein asal ternak
ini perlu dilakukan, selain dapat memberikan pengaruh suplementer, untuk
menghindari kebosanan, dan juga dapat menciptakan variabilitas lapangan
pekerjaan. Namun, tentunya jumlah tersebut bukan merupakan harga mati.
Kita bisa saja membeli sumber protein hewani yang sesuai dengan
kemampuan ekonomi ini. Dari semua produk ternak, maka daging asal ayam
atau unggas lainnya dan telur merupakan sumber protein yang relative
lebih murah. Oleh karena itu sangatlah wajar jika konsumsi produk asal
ayam meningkat cukup tajam (Tabel I).
Dari
table I terlihat bahwa konsumsi telur meningkat dari 1,8
kg/kapita/tahun pada tahun 1985 menjadi 3,1 kg pada tahun 1996 atau naik
sebesar 72%. Konsumsi daging broiler juga meningkat dari 2,0 kg pada
tahun 1985 menjadi 4,9 kg atau naik sebesar 145%. Dapat dilihat bahwa
konsumsi daging broiler meningkat lebih pesat daripada telur. Padahal
harga telur relatif lebih murah daripada daging broiler. Prilaku
konsumen ini kurang diketahui sebabnya. Ada dugaan bahwa lebih rendahnya
konsumsi telur berkaitan dengan kandungan kolensterol yang tinggi pada
telur. Diketahui bahwa kolesterol dapat meningkatkan
kolesterol darah dan merupakan salah satu penyebab penyakit jantung
koroner. Meskipun demikian, ada ahli yang membuktikan bahwa mengkonsumsi
telur dalam jumlah yang wajar tidak akan menaikkan kolesterol darah.
Konsumsi
daging broiler sebesar 4,9 kg ini kira-kira sudah mencapai 60,5% dari
target konsumsi daging sebesar 8,1 kg. Ini menunjukkan bahwa daging
broiler telah dipilih oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Jumlah
konsumsi telur sebesar 3,1 kg per kapita per tahun pada tahun 1996 ini
telah melebihi target minimal konsumsi telur. Mengingat telur juga
merupakan sumber protein asal ternak yang murah, maka kemungkinan akan
terjadi peningkatan konsumsi di masa yang akan datang. Oleh sebab itu
komposisi konsumsi protein asal ternak telah diubah, dimana konsumsi
telur ditargetkan menjadi 4 kg/kapita/tahun. Sementara itu, diperkirakan
konsumsi daging asal ruminansia (kambing, sapi, kerbau, domba) kurang
meningkat pesat dikarenakan harganya yang mahal, maka diharapkan sumber
protein asal daging dapat dipenuhi dari daging ayam yang harganya lebih
murah.
Jika
kita hitung konsumsi asal ayam ini secara kasar, maka ditemukan angka
sebesar 3,7 gram/kapita/hari. Perlu diingat bahwa konsumsi ini belum
termasuk konsumsi protein asal unggas lain seperti ayam buras, itik,
angsa, entok, puyuh dll. konsumsi protein asal unggas lain ini diduga
cukup banyak jumlahnya.