Monday, June 6, 2011

POTENSI PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK DI INDONESIA

 
Oleh: Boy Ilham Z. P.


 ABSTRAK
Indonesia memilki sumber pakan yang sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak, baik ruminant maupun unggas. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa baik kandungan nutrisi Lumpur sawit, teknologi apa saja yang digunakan untuk meningkatkan nilai nutrisinya, level penggunaan Lumpur sawit, pengaruhnya terhadap ternak. Kandungan Nutrisi Lumpur sawit yang tidak begitu tinggi dan kaya kadar serat menyebabkan perlunya teknologi dalam pengolahan Lumpur sawit, diantarnya melalui pembuatan pakan blok, ammoniasi dan fermentasi. Lumpur sawit dapat digunakan untuk pakan Unggas dan juga ruminansia dalam batas/level tertentu. pemberian Lumpur sawit fermentasi dapat digunakan sampai level 10% dalam ransum ayam broiler dan tidak menimbulkan pengaruh berbeda nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup, konversi ransum dan persentase karkas. Untuk ayam kampung juga dapat digunakan sampai level 10%, tetapi pada itik yang sedang tumbuh dapat digunakan sebanyak 15%. lumpur minyak sawit kering dapat digunakan sebagai sumber nutrisi untuk ternak Ruminansia karena mengandung protein kasar dan energi yang cukup tinggi dan dapat menggantikan dedak padi sampai tingkat 60% dalam ransum ternak dengan hijauan lapangan sebagai ransum basal. Lumpur minyak sawit  kering dapat digunakan sebagai pengganti dedak padi dampai 100% pada sapi perah yang sedang tumbuh, dinilai dari responnya terhadap pertambahan bobot hidup.
Kata Kunci: Lumpur Minyak Sawit, Potensi , Pakan.

Pendahuluan

Pakan menjadi salah satu faktor utama usaha peternakan. Tersedianya pakan hijauan yang cukup kualitasnya, kuantitas dan terjamin kesinambungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan (Winardi, 2008).Wijono et al., dalam Zueni (2008) menyatakan bahwa produk ternak tergantung pada kesediaan pakan yang berkualitas untuk mendapatkan produk yang optimal, kekurangan zat gizi pakan akan mempengaruhi seluruh fungsi faal tubuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk pakan yang diberikan. Lahan  pakan hijauan yang terbatas menyebabkan ketersediaan pakan hijauan  juga yang terbatas (Syarthoni, 2008).
            Salah satu peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal adalah melakukan pemanfaatan limbah hasil  perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Menurut Mathius et al. (2004) ternak dapat memanfaatkan produk dari tanaman kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal yaitu, pelepah, daun, lumpur sawit dan bungkil kelapa sawit.
            Lumpur Minyak Sawit (LMS) merupakan salah satu limbah pengolahan sawit dari sejumlah pabrik pengolahan sawit. Menurut Hidayat et al., (2007) LMS merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai pakan ternak, murah dan tersedia dalam jumlah besar dan relatif tersedia sepanjang waktu. Sinurat et al,. (2004) menyatakan bahwa kandungan protein kasar  LMS kering sekitar 9,6 % – 14, 52%  hampir sama dengan kandungan Protein kasar dedak padi, yaitu 13,3%, dan kandungan lemak  kasarnya 10,4% sementara.nilai Total Digestible Nutrient-nya dilaporkan 74%, lebih tinggi dibandingkan dedak padi yang hanya 70% (Agustin et al., 1991). Oleh karena itu LMS bisa digunakan sabagai salah satu bahan konsentrat pakan ruminansia dan unggas sebagaimana penelitian Syartoni (2008), Winardi (2008), Zueni (2008), dan Bintang et al (2003).
Berdasarkan hal-hal diatas maka pemanfaatan hasil sampingan perkebunan sawit diharapkan bisa untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin. Untuk usaha pengambangan peternakan di Indonesia.

ISI

1. Permasalahan Pakan di Indonesia

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga menentukan  biaya produksi  dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60-70% (Mariyono,2007) namun pakan yang diberikan (hijauan) sanagat tergantung pada ketersediaan lahan  pakan hijauan. Lahan pakan hijauan yang terbatas menyebabkan ketersediaan pakan hijauan  juga yang terbatas (Syarthoni, 2008).
 . Sedangkan untuk pakan unggas, kebutuhan pakan unggas indonesia sangat tinggi, sesesuai tingginya produksi unggas, yang mana beberapa bahan pakan unggas seperti jagung, bungkil kedelai, dan tepung ikan masih diimpor (Sinurat, 2003). Impor bahan pakan tersebut akan menjadi masalah, manakala terjadi kenaikan harga dunia, pembatasan impor-ekspor, gangguan keamanan, situasi politik dan ekonomi yang tidak kondusif . Hal tersebut dapat berdampak pada tidak stabilnya produksi unggas di dalam negeri.

2. Potensi dan Produksi Lumpur Sawit

Lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas di Indonesia, pada tahun 2000 luas lahan sawit di Indonesia adalah 3. 134.000 ha., luasan lahan ini  merupakan salah satu alternatif sumber daya pakan (Batubara et. al., 2003). Menurut Sutardi dalam Batubara et al. (2003) dalam tiap hektar kebun kelapa sawit dapat menghasilkan sebanyak 10-15 ton tandan buah sawit segar (TBS) dan jika diolah maka tiap ton TBS dapat menghasilkan tiga jenis limbah yang dapat digunakan sebagai pakan ternak yaitu 45-46% Bungkil Inti Sawit, 12% sabut sawit, dan 2% lumpur sawit.


Gambar 1. Bagan produk dan hasil samping pabrik kelapa sawit (Devendra, 1978) dalam Sinurat (2003).
Lumpur Minyak Sawit (LMS) merupakan salah satu limbah pengolahan sawit dari sejumlah pabrik pengolahan sawit. Menurut Hidayat et al., (2007) LMS merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai pakan ternak dan tersedia dalam jumlah besar dan relatif tersedia sepanjang waktu.
Jumlah produksi lumpur sawit sangat tergantung pada jumlah buah sawit yang diolah. Menurut Devendra dalam sinurat (2003), Lumpur sawit (setara kering) akan dihasilkan sebanyak 2 % dari tandan buah segar atau sekitar 10% dari minyak sawit kasar yang dihasilkan. Bila pada tahun 2001 jumlah minyak sawit yang dihasilkan adalah 6.325.700 ton (BPS(2002) dalam Sinurat, 2003) maka jumlah lumpur sawit yang dihasilkan adalah sebaanyak 459.590 ton kering/tahun.

3. Kandungan Nutrisi Lumpur Sawit dan Pemanfaatannya Pada Ternak

Sinurat et al,. (2004) menyatakan bahwa kandungan protein kasar  LMS kering sekitar 9,6 % – 14, 52%  hampir sama dengan kandungan Protein kasar dedak padi, yaitu 13,3%, dan kandungan lemak  kasarnya 10,4% sementara.nilai Total Digestible Nutrient-nya dilaporkan 74%, lebih tinggi dibandingkan dedak padi yang hanya 70% (Agustin et al., 1991).
Tabel 1. Kandungan gizi limbah kelapa sawit
Limbah sawit
No Gizi          
PS1      LS1      BIS1    DS2 tanpa lidi            SP2     TK2     BS3
1 BK (%)                     86,2     91,1     91,8     46,18                           93,11   92,1     88-92
2 PK (%)                     5,8       11,1     15,3     14,12                           6,2       3,7       1,6-3,2
3 SK (%)                     48,6     17,0     15,0     21,52                           48,1     47,93   36-39
4 LK (%)                     5,8       12,0     8,9       4,37                             3,22     4,7       0,6-1,0
5 BETN (%)                36,5     50,4     55,8     46,59                           –          –           51-54
6 Abu (%)                    3,3       9,0       5,0       13,4                             5,9       7,89    2,8-3,2
7 Kalsium (%) 0,32     0,7       0,2       0,84                             –           –           -
8 Fosfor (%)                0,27     0,5       0,52     0,17                             –           -           -
9 TDN (%)                  29,8     45,0     65,4     –                                  –           -           -
10 GE (MJ/kg)             4,02     6,52     9,8       4,46                             4,68     –           4,3-4,6


Keterangan :
PS: pelepah sawit; LS: lumpur sawit; BIS: bungkil inti sawit; DS: daun sawit; SP: serat perasan, TK: tandan kosong; BS: batang sawit; BK: bahan kering; PK: protein kasar; SK: serat kasar; LK: lemak kasar
Sumber :
1. IDRIS et al., (1998) dalam ELISABETH dan GINTING (2003); 2. MATHIUS et al., (2003); 3. GINTING dalam Rohaeni (___) dan ELISABETH (2003)

4. Teknologi Yang Diterapkan

`Rendahnya nilai gizi dan tingginya kadar serat menyebabkan Lumpur sawit tidak umum digunakan sebagai bahan pakan ternak (Sinurat ,2003). Oleh karena itu, Nilai gizi LMS perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penggunaan LMS yaitu dengan pembuatan blok pakan (Hidayat et. al.(2002) dalam Firdawan (2008)), Amoniasi Lumpur sawit (Hidayat et. al.(2002) dalam Firdawan (2008)) dan fermentasi (sinurat,2003).
  1. Blok pakan
Berdasarkan Uraian sebelumnya, LMS merupakan  bahan yang digunakan untuk  konsentrat pakan sapi, sebagaimana penelitian Syartoni (2008), Winardi (2008) dan Zueni (2008). LMS digunakan sebagai salah satu bahan konsentrat yang dibentuk menjadi blok, karena kemampuannya sebagai perekat (Menggumpal saat dikeringkan)( Hidayat et. al.(2002) dalam Firdawan (2008)).
  1. Ammoniasi
Hidayat (2001) dalam Firdawan (2008) menyatakan bahwa kambing kacang yang diberikan pakan campuran terdiri 50% rumput setaria sebagai pakn basal dan 50% konsentrat menunjukkan bahwa penggunaan LMS baik Amoniasi dan tanpa amoniasi tidak mempengaruhi konsumsi BK rumput, Konsumsi BK konserntrat, total konsumsi BK dan TDN bila dibndingkan dengan konsentrat yang tidak menggunakan LMS

  1. Fermentasi
Selain dibuat menjadi pakan blok dan ammoniasi, untuk meningkatkan Nilai gizi dari LMS dilakukan fermentasi (Sinurat,2003). Herlina (1999) melaporkan bahwa fermentasi Lumpur minyak sawit dengan menggunakan ragi tempe sampai dengan empat hari mampu meningkatkan nilai total Digestable nutrient (TDN) pada kambing jantan. Sementara utnuk pemanfaatan LMS sebagai pakan unggas, Menurut Sonaiya (1995) dalam Sinurat (2003) produk LMS fermentasi dapat digunakan dalam ransum unggas sebanyak 20-40%. Namun tidak dijelaskan proses fermentasi yang dilakukan dan nilai gizi yang diperoleh. Penelitian lain oleh Bintang et al.(2003) menyatakan bahwa pemberian Lumpur sawit fermentasi dapat digunakan sampai level 10% dalam ransum ayam broiler dan tidak menimbulkan pengaruh berbeda nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup, konversi ransum dan persentase karkas.
Fermentasi dapat meningkatkan Nilai gizi lumpur sawit,seperti meningkatkan daya cerna bahan kering, energi metabolis, dan daya cerna protein (Sinurat,2003) seperti terlihat pada tabel 2 berikut ini,
Tabel 2. Daya cerna BK, protein dan energi metabolis Lumpur sawit sebelum dan sesudah difermentasi.
Uraian                                      LMS tanpa fermentasi               LMS terfermentasi
Daya cerna BK (%)                              38,4                                                     42,5
Daya cerna Protein(%)             11,0                                                     30,3
Energi metabolis, kkal/kg                      1593                                                    1717
Sumber: Bintang et al. (2000) dalam Sinurat (2003)

5. Pengaruh Penggunaan Lumpur Sawit Dalam Pakan Pada Beberapa Jenis Ternak

·        Unggas

Pemanfaatan LMS sebagai pakan unggas, Menurut Sonaiya (1995) dalam Sinurat (2003) produk LMS fermentasi dapat digunakan dalam ransum unggas sebanyak 20-40%. Namun tidak dijelaskan proses fermentasi yang dilakukan dan nilai gizi yang diperoleh. Penelitian lain oleh Bintang et al.(2003) menyatakan bahwa pemberian Lumpur sawit fermentasi dapat digunakan sampai level 10% dalam ransum ayam broiler dan tidak menimbulkan pengaruh berbeda nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup, konversi ransum dan persentase karkas. Untuk ayam kampung juga dapat digunakan sampai level 10%, tetapi pada itik yang sedang tumbuh dapat digunakan sebanyak 15% (Sinurat,2003).

·        Kambing dan Domba

Harfiah (2007) menyatakan  bahwa lumpur minyak sawit kering dapat digunakan sebagai sumber nutrisi untuk ternak Ruminansia karena mengandung protein kasar dan energi yang cukup tinggi dan dapat menggantikan dedak padi sampai tingkat 60% dalam ransum ternak dengan hijauan lapangan sebagai ransum basal.
            Penelitian lain  melaporkan bahwa fermentasi Lumpur minyak sawit dengan menggunakan ragi tempe sampai dengan empat hari mampu meningkatkan nilai total Digestable nutrient (TDN) pada kambing jantan (Herlina, 1999)
kambing kacang yang diberikan pakan campuran terdiri 50% rumput setaria sebagai pakan basal dan 50% konsentrat menunjukkan bahwa penggunaan LMS baik Amoniasi dan tanpa amoniasi tidak mempengaruhi konsumsi BK rumput, Konsumsi BK konserntrat, total konsumsi BK dan TDN bila dibndingkan dengan konsentrat yang tidak menggunakan LMS Hidayat (2001) dalam Firdawan (2008)
Rahman et al. (1987) dalam Sinurat (2003) melaporkan bahwa pemnerian Bungkil inti sawit 50% dan 47% lumpur sawit dalam ransum kambing dan domba yang dipelihara intensif (feedlot), menghasilkan performans yang sama dengan kambing dan domba yang diberi ransum komersil.

·        Sapi potong dan sapi perah

Pada uji preferensi terhadap 25 ekor sapi madura, lumpur minyak sawit pada akhirnya  sangat disukai sebagai pakan, namun membutuhkan masa adaptasi 4-5 hari (Utomo dan Widjaja, 2004) dalam Harfiah (2007). Jika dibandingkan dengan dedak padi yang merupakan sumber energi dengan kandungan protein kasar 13,26% dan energinya (TDN) sebanyak 70,89%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa nilai gizi lumpur minyak sawit kering tidak jauh beda dengan dedak padi. Sehingga dengan demikian lumpur minyak sawit cukup layak digunakan sebagai pengganti sebagian dedak padi yang produksinya tergantung pada panen musiman.
Hasil penelitian Agustin (1991) menunjukan Lumpur minyak sawit dapat digunakan sebagai pengganti dedak padi dampai 100% pada sapi perah yang sedang tumbuh, dinilai dari responnya terhadap pertambahan bobot hidup kecernaan zat pakan retensi nitrogen dn kadar NH3. pemberiannya tidak dalam bentuk Lumpur basah, tetapi dalam bentuk kering. Pengeringannya dilakukan dengan mnggunakan alat pengering yaitu sludge dryer yang juga terdapat di pabrik pengolahan kelapa sawit. Lumpur minyak sawit mengandung protein kasar 12-14%. Kandungan air yang tinggi menyebabkan lumpur minyak sawit ini kurang disukai ternak. Selain itu, kandungan energi yang rendah dan abu yang tinggi pun menyebabkan Lumpur sawit tidak dapat digunakan secara tunggal, tetapi harus disertai bahan pakan lainnya. Belum diketahui dengan pasti jumlah Lumpur sawit yang cukup aman dalam ransum pakan ruminansia.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memilki sumber pakan yang sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pakan ternak, baik ruminant maupun unggas. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa baik kandungan nutrisi Lumpur sawit, teknologi apa saja yang digunakan untuk meningkatkan nilai nutrisinya, level penggunaan Lumpur sawit, pengaruhnya terhadap ternak dan masih banyak lagi.
Kandungan protein kasar  LMS kering sekitar 9,6 % – 14, 52%  hampir sama dengan kandungan Protein kasar dedak padi, yaitu 13,3%, dan kandungan lemak  kasarnya 10,4% sementara.nilai Total Digestible Nutrient-nya 74%, lebih tinggi dibandingkan dedak padi yang hanya 70%
Teknologi yang digunakan untuk meningkatkan nilai nutrisi dan palatabilitasnya pada ternak diantaranya adalah pembuatan blok pakan, ammoniasi, dan fermentasi.
Fermentasi Lumpur Minyak sawit dapat meningkatkan nilai nutrisi dari Lumpur tersebut, seperti seperti meningkatkan daya cerna bahan kering, energi metabolis, dan daya cerna protein.

Daftar Pustaka

Agustin,F. , Sutardi, D. Sastradipradja, dan J. Jachja. 1991. Penggunaan Lumpur Minyak Sawit Kering (Dried Palm Oil Sludge) dan serat Sawit ( Palm Press fiber ) Dalam Ransum Pertumbuhan Sapi Perah. Bul. Mater, 11(1); 28-29.
Batubara, L. P., S. P. Ginting, K. Simanhuruk, J. Sianipar dan A. Tarigan.__. Pemanfaatan Limbah Dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelap Sawit Sebagai Ransum Kambing Potong. Prosiding Seminar nasional: Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Bogor. pp 106-109.
Bintang, I. A. K, A. P. Sinurat dan T. Purwadaria. 2003. Respon Broiler terhadap Permberian ransum yang mengandung Lumpur Sawit fermentasi pada berbagai lama penyimpanan. JITV vol. 8. No. 2:71-75.
Firdawan, Okta. 2008 Pengaruh pemberian pakan Konsentrat berbasis Lumpur sawit dengan protein By-Pass terhadap TDN (Total Digestable Nutrient) pada kambing Lokal. Skripsi jurusan peternakan . Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).
 Harfiah. 2007. Lumpur Minyak Sawit Kering (Dried Palm Oil Sludge) Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 6 (2) : 2007 ISSN 1411-4577 http:// 238-838-1-PB.pdf.

Rohaeni,  E. S. ___. Potensi Limbah Sawit Untuk Pakan Ternak Sapi di Kalimantan Selatan.  Lokakarya nasional tanaman pakan ternak http:// lhmt05-23.pdf.

Hidayat, Soetrisno, E., Akbarillah,T. 2007. Produksi ternak Sapi Berbasis Hasil Ikutan Kebun Sawit Melalui Peningkatan Kualitas Pakan, manipulasi Ekosistem Mikrobia Rumen Dan Protein By Pass. Laporan Penelitian Hibah Bersaing . Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu.

Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk teknis teknologi inovasi ‘pakan murah’ untuk  saha pembibitan sapi. Badan penelitian dan pengembangan pertanian Departemen pertanian. Pdf

Mathius, I. W., D. Sitompul, B. P. Manurung  dan Azmi . 2004. Produk Samping Tanaman dan Pengolahan Buah Kelapa Sawit Sebagai bahan Dasar Pakan Komplit Untuk Sapi : Suatau Tinjauan . in: Sistem Intregasi Kelapa Sawit-Sapi. Pros. Lokakarya Nasional . Dept. Pertanian, Pemda Prov. Bengkulu dan PT. Agricinal . Bengkulu. Hal. 120-128

Sinurat,A. P.. 2003. Pemqnfaatan Lumpur Sawit untuk bahan pakan Unggas. Wartazoa vol. 13:39-47.

Sinurat, A. P., T.Mathius, I. W. Sitompul, D. M. dan Manurung, B. P. 2004. Intregasi Sawit-Sapi : Upaya Pemenuhan Gizi Sapi Dari Produk Samping . Prosiding Seminar Nasional : Sistem Intregasi Tanaman Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bekerja Sama Dengan BPTP Bali dan Crop-Animal System research Network (CASREN). PP424-429.

Sucipto, Adi. 2008. Penggunaan Konsentrat Berbasis Lumpur Minyak Sawit, Pelepah Sawit Segar dan Perlakuan Defaunasi Terhadap Kecernaan Nutrisi Pada Sapi Bali. Skripsi jurusan peternakan . Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).

Syarthony, H. 2008 Pengaruh Penggunaan Pelepah Sawit Segar dan Amoniasi Dengan Dua Macam Formula Blok Pakan Konsentrat Terhadap Pertambahan Berat Badan sapi. Skripsi jurusan peternakan . Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).

Winardy, T. 2008. Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organic , Protein Kasar dan Energi Pakan Pelepah Sawit Segar Dan Amoniasi Yang Disuplementasikan Blok Pakan Konsentrat  Berbasis Lumpur Minyak Sawit dan Bungkil Inti Sawit Pada Sapi. Skripsi Jurusan peternakan. Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan)

Zueni, A. 2008. Pengaruh Penggunaan Blok Pakan Konsentrat Berbasis Lumpur Minyak Sawit Yang Disuplementsi Minyak Sawit  Dengan Pakan Basal Pelepah Sawit Segar Terhadap Pertambahn Berat Badan Sapi Bali . Skripsi Jurusan peternakan. Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan)

13 comments:

Novita said...

Novita (E1C009018) PTR 09.

Wahh... artikel ini sangat bagus sebagai wawasan untuk para peternak yang memiliki kesulitan akan terbatasnya sumber pakan untuk ternak-ternaknya. Apalagi kandungan nilai gizinya lumpur sawit lebih baik dibandingkan dedak.

Pak ada yang masih mengganjal di pikiranku, kira-kira lumpur sawit ini diberikan baik untuk pakan unggas atau ruminansia dalam bentuk kering atau basah.....???

oktaviahairunisa(e1c009073) said...

OKTAVIA HAIRUNISA E1C009073
dari artikel yang saya,sangat setuju karena bahan lumpur sawit bisa di gunakan sebagai bahan pakan ternak,dan memiliki kandung gizi yang baik.

EFFRENDI (E1C009042) said...

menakjubkan artikel ini sangat membangkitkan inspirasi, sayang masyarakat belum optimal dalam pengembangan bahan pakan yang melimpah ini, jika di lihat dibeberapa industri pengolahan sawit yang ada didaerah saya khususnya sampai saat ini belum dimanfaatkan untuk sumber bahan pakan,

Unknown said...

pada bagian kesimpulan penulis mengatakan bahwa fermentsi pada lumpur sawit dapat meningkatkan nilai nutrisi dari lumpur sawit tersebut, yang ingin saya tanyakan mikroorganisme jeis apa sja yang bisa dimanfaatkan untuk proses fermentasi lumpur sawit ??
terima kasih

LIVESTOCK said...

Macam-macam mikrobianya Putri. Ada jamur, kapang, ragi dan bakteri. Silahkan pilih saja.

Unknown said...

waahh,,artikelnya bagus juga pak,,coba di jelaskan lebih rinci mengenai cara fermentasinya, pasti lebih bermanfaat karna bisa di praktikan langsung... trima kasih pak infonya

Unknown said...

wah artikel ini sangat menarik,,,, memang dilihat dari sudut pandang kemajuan zaman yang tidak mungkin akan mungkin contohnya limbah dijadikan pakan ternak , dengan dukun teknologi yang canggih dan mutahir,,,,,

Unknown said...

bangun dwi cahyono(E1C011009) artikel ini sangat menenarik dan menarik untuk dibaca selain informasinya yang bermanfaat tetapi banyak juga penelitian yang enyebutkan bahwa limbah sawit dapat digunakan ebagai pakan ternak.

Unknown said...

Saya sangat senang mengetahui penelitian ini, dan saya rasa manfaatnya sangat banyak, baik untuk si peternak, untik petani sawit dsb.
dengan adanya penemuan ini, efisiensi penggunaan bahan pakan lain yang di butuhkan bila lebih dimaksimalkan dengan adanya bahan pengganti berupa lumpur sawit sebagai bahan utama dan bahan pakan dari lumpur sawit sebagai fermentasinya. trim's.
Steven Maurits (E1CO11O84)

Unknown said...

saya sangat bangga dengan artikel ini, seandainya posisi saya sebagai peternak saya akan mengaplikasikan penemuan ini di daerah tempat saya berusaha,,, karena efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dan hemat, serta menguntungkan saya sebagi peternak.

Widio Eko Wardoyo said...

assallam,,
Widio Eko Wardoyo : E1C011006

pada artikel ini saya melihat sangat besar manfaat lumpur sawit untuk sumber pakan , yang dapat mencapai 100% untuk sapi perah yang sedang tumbuh , jadi peternak tidak harus repot di mencari rumput sebanyak mungkin jika kemarau ..

Anonymous said...

LISNAWATI ANGGRAINI
E1C010039
perkebunan sawit di Indonesia memang sudah berkembang, tetapi masih banyak tidak dimanfaatkan secara maksimal.
banyak sisa hasil olahan sawit yg tidak diolah untuk dimanfaatkan sehingga dibuang begitu saja..
bagaimana cara menanggapinya pak????

Anonymous said...

LISNAWATI ANGGRAINI
E1C010039
perkebunan sawit di Indonesia memang sudah berkembang, tetapi masih banyak tidak dimanfaatkan secara maksimal.
banyak sisa hasil olahan sawit yg tidak diolah untuk dimanfaatkan sehingga dibuang begitu saja..
bagaimana cara menanggapinya pak????

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...