Poultryindonesia.com, Tips. Kandang yang jelek sangat mudah menghasilkan gas-gas beracun yang biasanya timbul dari kotoran ternak yang tidak terbuang. Gas beracun ini akan mengumpul disekitar kandang sehingga mampu mencekik ternak yang ada.
Tata laksana perkandangan pada suatu usaha peternakan unggas sangat besar peranannya dalam menentukan besar kecilnya keuntungan yang bakal diraih. Sistem perkandangan yang baik akan memperhatikan betapa penting arti ventilasi, cahaya, kebersihan tempat pakan dan minum, kebersihan lantai kandang dari tumpukan kotoran dan sebagainya.
Kandang yang jelek, yang tidak memperhatikan ventilasi, cahaya, pembuangan kotoran dan lain-lain akan sangat merugikan bagi usaha peternakan. Kandang yang jelek sangat mudah menghasilkan gas-gas beracun yang biasanya timbul dari kotoran ternak yang tidak terbuang.
Gas beracun ini akan mengumpul disekitar kandang sehingga mampu mencekik ternak yang ada. Ahmad Jauhari (1985) menyatakan, gas-gas beracun yang biasa ditemukan dalam kandang yaitu : NH3, CO2, H2S dan lain-lain.
Gas CO2
Gas ini dihasilkan dari pembakaran sempurna dengan bahan bakar (HC). Gas CO2 bisa berasal dari alat-alat pemanas dalam kandang yang memakai bahan bakar minyak/ HC (bukan listrik), atau bisa juga berasal dari polusi udara dari industri yang mungkin ada di sekitar lokasi peternakan. Gas CO2 sudah dapat menimbulkan stress pada ternak pada level 10% dari udara. Pada kandungan CO2 dalam udara sebanyak 25% akan mengakibatkan rate respirasi ternak menjadi turun dan ternak memasuki fase koma, tak sadarkan diri hingga mati. Pada saat konsentrasi CO2 mencapai level 40-50%, dapat mengakibatkan kematian ternak.
Bila onsentrasi CO2 dalam udara tinggi, maka akan banyak tersedot masuk saluran pernafasan dan dapat menimbulkan asidosis. Asidosis ini akan menyebabkan penurunan PH yang mengakibatkan tidak berfungsinya sistem pengaturan syaraf pusat (CNS) yang akhirnya dapat membawa kematian.
Gas CO
Gas CO berasal dari hasil pembakaran dari bahan bakar HC yang tidak sempurna karena kekurangan oksigen. CO berbahaya bagi ternak, sebab CO udara yang masuk saluran pernafasan akan berikatan dengan Hb membentuk COHb yang merupakan ikatan yang sangat kuat dan sulit dilepas.
Pada level rendah memang masih dapat ditolerir, tapi pada level 6-8% COHb dalam darah sudah dapat menimbulkan stress ternak. Pada level 12% dapat menimbulkan kesulitan dalam koordinasi gerak. Level 20-40%, ternak menjadi malas bergerak dan acuh terhadap lingkungan. Pada level 60-70% COHb dalam darah dapat mengakibatkan kematian. Gejala keracunan CO adalah : hewan terlihat malas dan
mengantuk, tidak peka rangsangan sekelilingnya, tidak dapat mengkoordinasi gerak, kesukaran bernafas, koma dan kemudian mati.
Gas NH3
Adalah gas yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran ternak dan dari material sumber N yang ada. Kandang yang tidak baik ventilasinya akan menimbilkan bahaya bagi ternak. Kandungan NH3 sebanyak 10 mg/m3 dalam udara dapat dideteksi oleh manusia melalui baunya yang khas. Pada konsentrasi 14 mg/m3 produksi telur layer mulai turun.
Konsentrasi 17-24 mg/m3 menimbulkan rasa pedas pada mata dan ternak menjadi stress. Pada konsentrasi 40-50 mg/m3 akan menyebabkan iritasi mata dimana korneamata akan mengalami erosi (pelarutan).
Gas H2S
Merupakan gas beracun hasil dekomposisi dari zat-zat organik yang mengandung S. Gas ini bisa menimbulkan ganguan pada ternak, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Hewan yang keracunan gas H2S biasanya mempunyai tanda-tanda : respirasi terhenti, sebelum terjadi kematian timbul kejang-kejang dan tidak sadarkan diri, sedang paru-parunya tampak pucat dan membengkak.
Bila melihat kenyataan di atas, penyebab terjadinya keracunan adalah kurang baiknya sistem ventilasi kandang sehingga udara segar dari luar yang sangat diperlukan oleh ternak tidak dapat masuk. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya keracunan ini, inti pokok yang harus diperhatikan adalah adanya ventilasi kandang yang baik sehingga pertukaran udara segar dan keluarnya gas-gas beracun dari dalam kandang dapat berjalan dengan lancar.PI/dw
Silakan mengutip dan atau meng-copy tulisan ini dengan menyebut sumbernya : www.poultryindonesia.com