Saturday, September 24, 2011

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu (Morinda citrifolia. L) dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler


Oleh: WAHYUTI DWI NINGSIH
ABSTRAK
            Dewasa  ini masyarakat cendrung selektif dalam memilih daging dengan kriteria yang sesuai dengan selera, diantaranya adalah daging dengan kandungan lemak yang rendah, perdagingan yang banyak serta aman bagi kesehatan tubuh. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui performans ayam broiler yang diberi ransum tepung buah mengkudu. Ayam broiler yang digunakan adalah berupa DOC sebanyak 100 ekor dengan Strain Arbor Accres MB 202 Platinum. Masing-masing terdiri dari 5 perlakuan dengan 4 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 5 DOC. Pakan ayam broiler yang diberikan adalah sama kecuali konsentrasi tepung buah mengkudu. P0 sebagai kontrol yaitu pakan tanpa buah mengkudu, P1 mengandung 0,75% tepung buah mengkudu dalam rannsum, P2 mengandung 1,5% tepung buah mengkudu dalam ransum, P3 mengandung 2,25% tepung buah mengkudu dalam ransum, dan P4 menganndung 3% tepung buah mengkudu dalam ransum. Selama penelitian pakan dan minum diberikan secara ad libitum. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, variabel yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Analisis data dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung buah mengkudu sampai level 3% dalam ransum ayam broiler tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, konversi ransum, dan pertambahan bobot badan.
Kata kunci : Ayam broiler, Tepung buah mengkudu, Performans

Pendahuluan
Dalam mengembangkan usaha ternak ayam pedaging, pada umumnya peternak memberikan ransum komersil karena ransum komersil telah memenuhi standar kebutuhan zat–zat makanan yang telah ditetapkan. Walaupun harganya relatif mahal, karena beberapa bahan penyusunnya masih diimpor, tetapi ransum komersil banyak tersedia di pasaran dan mudah didapat. Selain itu, di dalamnya sudah terkandung bahan pakan tambahan (feed additive) seperti tetracycline, procaine, penicilin, teramycin dan tylosin. Pencampuran feed additive ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya simpan ransum dan memacu pertumbuhan ternak. Namun penggunaan feed aditive yang terus menerus akan mengakibatkan terdapatnya produk metabolit berupa residu antibiotik seperti tylosin, penicillin, oxytetracyeline dan kanamycin (Rusiana dan Iswarawanti, 2004). Oleh karena itu penggunaan feed additive alami merupakan alternatif untuk mengurangi akumulasi residu feed additive dalam daging (Ahmad dan Elfawati, 2008).

Thursday, September 22, 2011

Budidaya Angsa


Orang yang memelihara angsa sekarang ini sudah jarang kita temui. Padahal tanpa makanan yang khusus, angsa dapat berkembang biak dengan lebih baik dibandingkan kebanyakan unggas lainnya. Angsa tergolong sangat bandel dan relatif mudah tumbuh menjadi besar. Mereka lebih tahan terhadap penyakit dan hampir tidak memerlukan obat-obatan.
Satu hal yang barangkali meragukan, yaitu tentang air. Orang sering disodorkan foto angsa di atas air sehingga berkonotasi bahwa angsa dan air tidak dapat dipisahkan. Sebenarnya tidak demikian, bahkan sebaliknya lumpur dapat menimbulkan penyakit pada angsa. Angsa jelas dapat menjadi ternak peliharaan yang baik di pekarangan rumah.
Pemilihan bibit
Pertama-tama yang harus ditentukan adalah pemilihan bibit angsa. Memilih bibit tergantung dari tujuan pemeliharaannya. Bila untuk sekedar hobby maka akan banyak pilihan karena sifatnya kesukaan pribadi. Sedangkan untuk keperluan memproduksi daging atau telur, pilihan menjadi agak terbatas karena harus memperhitungkan faktor ekonomis yaitu ongkos produksi harus lebih rendah dari harga jual. Mengkalkulasi ongkos produksi sudah barang tentu bukan pekerjaan mudah bagi seorang pemula. Barangkali salah satu cara untuk mengurangi kerugian dari kemungkinan gagal adalah mulailah dengan sedikit. Untuk produksi daging usahakan agar waktu penjualannya yaitu saat angsa berumur 4 sampai 6 bulan jatuh menjelang Hari Raya Idulfitri yang biasanya harganya lebih baik. Untuk patokan harga daging dan telur tiap hari bisa dilihat di
Departemen Perdagangan dan Perindustrian R.I.
Jenis bibit angsa yang terkenal diantaranya adalah Toulouse, Embden dan African yang tergolong paling berat tubuhnya, Pilgrim yang berat tubuhnya pertengahan dan Chinese yang paling ringan beratnya. Walaupun demikian, kecepatan pertumbuhan dan kemampuan berproduksi telur pada jenis bibit yang sama belum tentu akan sama hasilnya. Jadi dari pengalaman berternak nantinya, pilihlah bibit dari induk yang pertumbuhannya paling cepat dan menghasilkan banyak telur.

Friday, September 2, 2011

Pemanfaatan Onggok Terfermentasi Sebagai Bahan Pakan untuk Meningkatkan Performans Unggas



 
Oleh : Misnadi
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

ABSTRAK
Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas jumlahnya sangat terbatas sehingga harus dicarikan alternatif pakan unggas yang mudah didapat, harganya terjangkau dan memiliki nutrisi yang baik. Onggok merupakan limbah industri yang  jumlahnya sangat melimpah dan dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak unggas apabila dilakukan fermentasi terlebih dahulu karena onggok memiliki nutrisi yang rendah sedangkan onggok terfermentasi memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Menurut Supriyati (2003), sebelum difermentasi onggok tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu, sampai kadar airnya maksimal 20% dan selanjutnya digiling. Pemberian onggok terfermentasi dengan level 30% memberikan pengaruh yang lebih baik daripada yang tidak diberi onggok terfermentasi.
Kata kunci : Onggok terfermentasi, performans, unggas
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...