Oleh: Diah Kasmirah
Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
ABSTRAK
Ampas sagu
(Metroxylon sago) merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan sagu,
kaya akan karbohidrat dan bahan organik lainnya. ampas clanelod. Ampas yang
dihasilkan dari proses extraksi ini sekitar 14% dari total berat basah batang
sagu (Flach, 1997). Hasil analisis komposisi zat makanan ampas sagu yang
dilakukan oleh Hangewa (1992) sebagai berikut : protein kasar 2,3%, serat kasar
18,86%, BETN 70,04% dan gross energi 4148 Kkal . Dari hasil analisis ini
tergambar bahwa ampas sagu masih cukup tersedia sebagai sumber energi bagi
ternak, akan tetapi yang menjadi faktor pembatas adalah kandungan protein kasar
rendah dan serat kasar tinggi. Sehingga perlu dilakukan fermentasi untuk
meningkatkan nilai gizi pada ampas sagu. Pemanfaatan kapang Aspergillus niger
sebagai starter dalam proses fermentasi
ini dirasa paling cocok dan sesuai dengan tujuan fermentasi, yaitu untuk
menurunkan kadar serat dan sekaligus dapat meningkatkan kadar protein kasarnya.
Natamijaya (1988)
telah membuktikan bahwa penambahan ampas
sagu non fermentasi dan fermentasi sampai kadar 10% dan 25% dari total ransum,
memberi respon yang cukup baik terhadap pertumbuhan ayam buras periode grower.
Kata
kunci: ampas sagu, ferementasi, unggas
Pendahuluan
Indonesia memiliki areal tanaman sagu yang sangat luas,
yang diperkirakan mencapai 850.000ha (Soekarto dan Wijandi, 1983). Salah satu
kendala yang dihadapi oleh usaha peternakan adalah belum tercukupinya kebutuhan
nutrisi terutama protein pakan, sehingga ternak belum dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pakan di daerah tropis kebanyakan bermutu rendah dengan
serat kasar yang tinggi. Keadaan ini merupakan tantangan bagi sektor peternakan,
karena perlu mencari pakan alternatif untuk meningkatkan produksi ternak.
Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal merupakan
langkah strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha produksi ternak unggas
di Indonesia. Hal ini akan semakin nyata, apabila sumber daya tersebut bukan merupakan
kebutuhan langsung bagi kompetitor, seperti manusia atau jenis ternak lain.
Oleh karena pakan sangat erat kaitannya dengan produktivitas dan biaya produksi,
maka pemanfaatan bahan baku lokal secara efisien akan berpengaruh nyata
terhadap perkembangan ternak. Penetapan prioritas bahan baku lokal perlu
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan daya kompetisi secara ekonomi dan
kualitas. Kriteria yang perlu
menjadi perhatian dalam kaitannya dengan efisiensi dan
kompetisi adalah jumlah dan ketersediaan bahan pakan. Agar efisien, bahan
tersebut harusnya tersedia dalam jumlah yang besar, ada sepanjang tahun dan
terkonsentrasi.
Bahan baku yang mempunyai karakter tersebut umumnya
terkait dengan industri, yang menghasilkan berbagai produk baik yang bersifat
sampingan maupun limbah. Bahan baku lokal untuk tiap daerah berbeda tergantung
pada kondisi daerah tersebut. Maluku yang dikenal sebagai daerah produsen sagu
mempunyai limbah dari industri pengolahan tepung sagu yang berlimpah. Sagu
merupakan salah satu sumber daya nabati di Indonesia yang mulai akhir tahun
tujuh puluhan makin meningkat pemanfaatannya, sebagai akibat dari program
pemantapan swasembada pangan nasional dan permintaan akan bahan baku industri
dan energi. Potensi sagu di Maluku cukup besar, walaupun pada beberapa wilayah telah
terjadi pengalihan status pemanfaatan lahan sagu untuk pemanfaatan lain (Louhenapessy
1998).
Ampas sagu merupakan limbah yang didapatkan pada proses
pengolahan tepung sagu, dimana dalam proses tersebut diperoleh tepung dan ampas
sagu dalam perbandingan 1 : 6 (Rumalatu 1981). Jumlah limbah yang banyak tersebut,
sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya hanya dibiarkan
menumpuk pada tempat - tempat pengolahan tepung sagu sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan. Kalaupun ada ternak yang memanfaatkannya, hanya
ternak-ternak yang berada di sekitar lokasi pengolahan tepung sagu, yang
langsung mengkonsumsi di tempat penumpukan ampas tanpa dikontrol. Pemanfaatan
limbah atau ampas sagu sebagai pakan alternatif merupakan suatu hal yang baik,
walau disadari bahwa pemanfaatannya perlu mendapat sentuhan teknologi, karena
ampas sagu mempunyai keterbatasan untuk digunakan sebagai pakan yaitu kandungan
serat kasarnya tinggi dan proteinnya rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengolahan pendahuluan sebelum diberikan kepada ternak. Cara pengolahan limbah
yang sudah dikenal antara lain pengolahan fisik, kimia dan biologi.
Produksi dan pengembangan usaha ternak unggas di pedesaan
ditentukan sistem pemeliharaan, Produktivitas ternak rendah membutuhkan
perhatian khusus clan penanganan pembibitan untuk penyediaan bibit yang baik
(dalam jumlah clan kualitas) Kompiang (1995) mengatakan bahwa salah satu
penunjang perkembangan peternakan ayam buras adalah tersedianya pakan dalam
jumlah dan kualitas yang memadai. Ampas sagu (Metroxylon sago) merupakan limbah yang
dihasilkan dari pengolahan sagu, kaya akan karbohidrat dan bahan organik
lainnya. Pemanfaatannya masih terbatas dan biasanya dibuang begitu saja
ketempat penampungan atau kesungai yang
ada disekitar daerah penghasil. Olehnya itu ampas sagu berpotensi menimbulkan
dampak pencemaran lingkungan.
Pada pengolahan
sagu dijumpai limbah/hasil ikutan yang berupa kulit batang, ampas clanelod.
Ampas yang dihasilkan dari proses extraksi ini sekitar 14% dari total berat
basah batang sagu (Flach, 1997) . Di sentra-sentra produksi limbah ampas sagu
pada umumnya belum dimanfaatkan,
Komposisi Ampas Sagu
Dari batang sagu ini melalui proses ekstraksi diperoleh
tepung sagu. Limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan tersebut, yaitu
terutama ampas dan limbah cair belum banyak dimanfaatkan, sehingga sering
menimbulkan masalah karena mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pangsopan et
al. (1984) menyatakan bahwa ampas sagu dapat dipergunakan sebagai bahan pakan
untuk sapi Peranakan Onggol sampai tingkat 45% dalam ransum. Kendala utama
dalam penggunaan ampas sagu untuk pakan ternak, terutama untuk ternak
monogastrik, karena nilai gizinya rendah dan kandungan serat kasarnya tinggi .
Haryati et al. (1995) mendapatkan bahwa kandungan protein pada ampas sagu hanya
1,65%, akan tetapi kandungan patinya masih cukup tinggi, yaitu 45,90%.
Di daerah Maluku
tersedia dan belum banyak dimanfaatkan oleh peternak akibat kurangnya informasi
penggunaannya . Hasil analisis komposisi zat makanan ampas sagu yang dilakukan
oleh Hangewa (1992) sebagai berikut : protein kasar 2,3%, serat kasar 18,86%,
BETN 70,04% dan gross energi 4148 Kkal . Dari hasil analisis ini tergambar
bahwa ampas sagu masih cukup tersedia sebagai sumber energi bagi ternak, akan
tetapi yang menjadi faktor pembatas adalah kandungan protein kasar rendah dan
serat kasar tinggi. Tepung sagu dapat diolah menjadi bahan yang kaya akan
protein dan vitamin untuk makanan ternak, dengan teknologi fermentasi . Ampas
sagu yang telah difermentasi meningkat kadar proteinnya sampai 14% (puslit13
Angnak, 1997).
kandungan Zat
Nutrisi Ampas Sagu Sebelum dan Sesudah fermentasi
|
||||||
Zat Nutrisi
|
Sebelum Fermentasi
|
Sesudah fermntasi
|
Peningkatan (%)
|
|||
protein (%)
|
3,84
|
23,08
|
601,04
|
|||
Lemak (%)
|
1,48
|
1.90
|
128,38
|
|||
Abu (%)
|
5.40
|
9.50
|
175,93
|
|||
Ca (%)
|
0,32
|
0,48
|
150
|
|||
P (%)
|
0,05
|
0,48
|
960.00
|
|||
Lemak Kasar (%)
|
14,51
|
28,89
|
199.10
|
|||
Energi (Kkal/kg)
|
1.352
|
1.543
|
144.13
|
Peningkatan Nilai Gizi Ampas Sagu
Potensi penggunaan
ampas sagu sebagai pakan memiliki faktor pembatas adalah kandungan protein kasarnya rendah
dan serat kasar tinggi. Agar menjadi bahan pakan ternak yang kaya akan
protein dan vitamin, berdasar riset ini maka ampas sagu dapat diolah dengan
teknologi fermentasi . Dengan proses fermentasi, kadar protein ampas sagu dapat
meningkat sampai 14 %. Prosedur fermentasi ampas sagu sama dengan prosedur
fermentasi.
Tahapan
Fermentasi ampas sahu
1.
Ampas
sagu yang digunakan dijemur sampai kering selanjutaya diayak untuk memisahkan
tepung elasagu dari serat.
2.
Tepung
ampas sagu kering dibasahi sampai agak lembab (basah), lalu dikukus selama 30
menit atau sampai terasa lengket .
3.
Ampas
sagu yang telah matang dibiarkan dingin betul, kemudian ditimbang dan
ditambahkan urea sebanyak 3% dari berat ela sagu basah diaduk sampai rata lalu
ditambahkan Aspergillus niger (dapat juga mengunakan ragi tape) sebanyak 3 – 5
gram/kg ela sagu, dicampur hingga homogen.
4.
Ampas
sagu yang telah diberi ragi ditempatkan dalam wadah yang bersih, bebas air dan
minyak, ditutup rapat selama 48 - 72 jam baru dibuka.
5.
Ampas
sagu yang telah mengalami fermentasi sempurna memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : aroma khas/aroma buah atau beraroma seperti tape ketan, warna agak
kemerahan, teksturnya lembut dan rasanya agak manis. Hasil fermentasi dijemur
sampai kering dan siap digunakan dalam ransum
Proses
fermentasi mempunyai kelebihan antara lain: tidak mempunyai efek samping yang negatif, mudah dilakukan,
relatif tidak membutuhkan peralatan khusus dan biaya relatif murah. Pemanfaatan kapang Aspergillus niger sebagai
starter dalam proses fermentasi ini
dirasa paling cocok dan sesuai dengan tujuan fermentasi, yaitu untuk menurunkan
kadar serat dan sekaligus dapat meningkatkan kadar protein kasarnya.
Aspergillus niger merupakan kapang yang sangat mudah tumbuh dalam suasana
aerob, bersifat selulolitik dan sangat cepat perkembangbiakannya. Banyak penelitian proses fermentasi yang
telah dilakukan menggunakan Aspergillus niger,
utamanya dalam upaya penurunan kadar serat bahan pakan dan peningkatan
kadar proteinnya.
Penggunaan Ampas
Sagu Dalam Ransum Unggas
Pemakaian tepung sagu dalam ransum ayam buras umur 12 minggu juga
menghasilkan pertambahan berat badan yang cukup tinggi dibandingkan dengan
pemberian ransum tanpa tepung sagu, hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Natamijaya (1988). Secara umum, riset ini membuktikan bahwa
penambahan ampas sagu non fermentasi dan fermentasi sampai kadar 10% dan 25%
dari total ransum, memberi respon yang cukup baik terhadap pertumbuhan ayam
buras periode grower.
Harry Tum dan Batsebat Wiro (1999) telah memberikan ampas sagu terhadap
ayam buras selama 8 (delapan) minggu di Desa Koya Barat, Kotamadya Jayapura. Pada
pengkajian ini pertambahan bobot badan ayam buras tertinggi sebesar 100
gr/minggu berada dibawah rata-rata hasil pengkajian terdahulu (120 gr/minggu)
dengan tambahan 20% sagu (Uhi et al ., 1997) .
Natamijaya et al. (1988) melaporkan bahwa pemakaian tepung sagu
dalam ransum ayam buras umur 12 minggu menghasilkan pertambahan berat badan yang
cukup tinggi dibandingkan dengan ransum tanpa tepung sagu, dengan angka
konversi pakan sebasar 3,5. Bamualim et al. (1991) melaporkan penggunaan
tepung putak yaitu isi batang gewang (Coriphagebanga) yang dikombinasi dengan
jagung sampai dengan tingkat 80% pada ayam buras periode grower menghasilkan
rata-rata pertambahan berat badan sebesar 380-470 gram/ekor/bulan, dengan angka
konversi sebesar 3,1- 4,09 .
Menurut Muller (1977) tepung sagu kelas dua atau ampas sagu
sebagai pengganti jagung atau biji-bijian dalam ransum ayam dan babi pada semua
periode umur yang perlu diperhatikan adalah kandungan serat kasar . Bila
kandungan serat kasar di atas 5% maka kandungan amilosanya cukup tinggi
sebaiknya digunakan dalam ransum pertumbuhan dan induk dan tidak cocok untuk anak
ayam.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah tingkat energi,
keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak, berat badan,
kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Dari hasil pengujian ini disimpulkan
bahwa penambahan ampas sagu non fermentasi dan fermentasi sampai dengan kadar 10% dan
25% dari total ransum memberikan respon yang cukup baik terhadap pertumbuhan
ayam buras periode grower .
Kesimpulan
Pemberian ampas sagu terhadap ternak sangatlah terbatas karena kandungan
protein kasarnya rendah dan serat kasar tinggi. Agar menjadi bahan pakan
ternak yang kaya akan protein dan vitamin, berdasar riset ini maka ampas sagu
dapat diolah dengan teknologi fermentasi. Proses fermentasi mempunyai
kelebihan antara lain: tidak mempunyai efek
samping yang negatif, mudah dilakukan, relatif tidak membutuhkan
peralatan khusus dan biaya relatif murah.
DAFTAR
PUSTAKA
Bamualim,
U., A. Fuah dan A. Bamualim . 1991 . Pengaruh Kombinasi Beberapa Level Putak
dan Jagung dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Telur Ayam Buras.
Laporan Tahunan SBPT Lili . Compos, E. J. 1976 . Some Observation on Poultry
Production
Compos,
E. J. 1976 . Some Observation on Poultry Production in Tropic and Subtropic .
Vet Med. Rev. : 1 Pp 32 - 54 .
Dinas
Pertanian Maluku. 1984 . Pemakaian Tepung Sagu dan Ampasnya dalam Ransum Ternak
sebagai Sumber Energi . Buletin Informasi Pertanian No. 4 Tahun 1984/1985 .
Ambon.
Flach,
. M 1997 . Yield Potential of the sago palm (Metroxyloan sagu) and its
realisation . Proc . Sago Conference in Serawak. Malaysia .
Kompiang,
IP. 1993. Prospect of Biotechnology on Improvement of Nutritional Quality of
feedstuff. IARD Journal. 15 (4): 86 – 90.
Louhenapessy JE. 1998. Sagu di Maluku (harapan dan
tantangan dalam pembangunan) Disampaikan dalam Seminar Berkala pada Pusat Studi
Maluku, Unpatti, Ambon.
Muller,
Z. O. 1977. An Animal Nutritionists View of The Equatorial Swamp. In : Sago -
76 : pp 255 - 264. Proc . Of First International Sago Symposium. Kuching, Malaysia
5 - 7 July
Natamijaya,
a. G.j. Hermawati, h. Resnawati dan a. Habibier. 1988 . Penggunaan Tepung Sagu
Sebagai Bahan Ransum Anak Ayam Buras.Prosiding Seminar
Nasional
Peternakan dan Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak II Bogor Pp 231 -237 .
Soekarto, S.T . dan S. Wijandl 1983 . Prospek pengembangan
sagu sebagai sumber pangan di Indonesia.
Biro Koordinasi dan Kebijaksanaan Ilmiah, LIPI . Jakarta.
Rumalatu FJ. 1981. Distribusi dan Potensi Pati Beberapa
Sgu (Metroxylon , sp) di Daerah Seram barat .Karya Ilmiah . Fakultas
Pertanian/Kehutanan yang Berafiliasi dengan Fateta IPB. Bogor.
UHi,
H.T ., UsmAN, . S. TIRAJoH, dan B. TIRO. 1997. Pengkajian pemanfaatan pakan
ternak potensial di Irian Jaya . Laporan Hasil Pengkajian LPTP Koya Barat,
Jayapura .
Ulfah
T.A . dan Umar Bamualim 2002. Pemanfaatan Ampas Sagu (Metroxylon Sp) Non
Fermentasi Dan Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Buras Periode
Grower. Balai Pengembangan Pengkajian Teknologi Pertanian. 248-250.
Muhammad Yusuf( E1C010008 )
ReplyDeleteartikel yang menarik, sayangnya bahan baku ampas sagu ini tidak ada di daerah bengkulu, ada satu pertanyaan menarik yang ingin saya tanyakan pak, kandungan protein ampas sagu mengalami peningkatan yang sangat tajam setelah di fermentasi mengapa bisa sabesar itu peningkatannya, kemudian dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa ampas sagu fermentasi ini sebaiknya diberikan pada ayam pada fase grower kenapa tidak pada saat stater? terimakasih.
Assalamu'alaikum. SIKI ANDRI PUTRA ( E1C010033). saya tertarik membaca artikel ini,dilihat dari judulnya.walaupun artikel ini sering saya dengar dan mirip-mirip dengan yang lain. tadi didalam artikel disebutkan bahwa cara pengolahan limbah ampas tahu itu yang kita kenal antara lain pengolahan fisik,kimia,dan biologi. Yang menjadi pertanyaan saya pak,penjelasan untuk ketiga cara tersebut gimana...?? thank's.
ReplyDeleteartikel yang menarik.lagi lagi ampas2 yang tak berguna dapat menjadi guna dengan fermentasi terimah kasi atas info nya pak
ReplyDeleteartikel ini sangat menarik pak...
ReplyDeletesetelah baca artikel ini saya baru tahu bahwa ampas sagu bermanfaat juga bagi memenuhi pakan ternak..tapi ada gak kerugian jika kita memberi ampas sagu pada ternak pak???
(E1C011087)
ReplyDeleteDengan jumlah perbandingan ampas dan tepung jadi yang 6 : 1, pengolahan pakan ternak yang berasal dari tepung sagu ini sangat efisien jika teknologi nya memadai. terima kasih pak artikelnya,,menambah wawasan saya
DENI FEBRIADI
ReplyDeleteE1C011011
saya sangat tertarik dengan artikel ini sebab sanagat membantu saya dalam mencari dan menyelasaikan tugas-tugas kulih saya,,saya perna mendengar saja bahwa ampas sagu dapat digunakan untuk pakan ternak,setelah saya membaca artikel pak urip saya mengetahui ampastahu bisa di gunakan untuk pakan ternak unggas dan mengetahui nilai protein apasaja yang terdapat pada sagu,,terimakasih pak
artikelnya bagus tapi sayang ya dibengkulu gad sagu he. . Dengan fermentasi yang memiliki protein tinggi saya rasa jika pakan ini dipasarkan akan diminati peternak karena dijelaskan di artikel ini bahwa tidak memiliki efek samping negatif . .
ReplyDeletebangun dwi cahyono(E1C011009) artikel ini sangat menarik mengenai sagu yang difermentasi menjadi makanan ternak yang lebih bermanfaat, memang hasil fermentasi akan lebih baik dengan penggolahan yang penar maka hasilnya akan baik pula.....
ReplyDeleteLukman sugianto
ReplyDeleteE1C011003
saya sangat setuju dengan artikel ini, selain ampas kelapa, ampas sagu juga bermanfaat bagi tubuh ternak..
dan saya mau tanya ke bapak bagimana cara pengolahannya...???
terima kasih
Lukman sugianto
ReplyDeleteE1C011003
saya sangat setuju dengan artikel ini, selain ampas kelapa, ampas sagu juga bermanfaat bagi tubuh ternak..
dan saya mau tanya ke bapak bagimana cara pengolahannya...???
terima kasih
lagi lagi bahan yang dulunya tidak berdayaguna menjadi mernilai guna.
ReplyDeletemenarik <<<<
setelah saya baca artikel ini cukup bagus tpi kendalanya ialah apabila menggunakan ampas sagu saya rasa kurang efektif karena di daerah bengkulu ini jarang sekali kita lihat tanaman sagu,
ReplyDeletenamun saya cukup tertarik dengan penggunaan ampas sagu ini.apalagi apabila ampas sagu ini sudah di fermentasi akan menghasilkan protein yang tinggi
terimah ksihh.
Binti Nurkhasanah E1C011051
ReplyDeleteampas tahu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak,menarik tentang informasi yang baru saya baca ini.Tetapi kalau didaerah bengkulu saya jarang melihat pohon sagu walaupun ada hanya beberapa pohon saja.Apakah proses fermentasinya ini mudah dilakukan?dan bagaimana caranya?
Artkel yg menarik,,ampas sagu sendri mempunyai kandungan nutirisi yg cukup tinggi,,yg jdi faktor pmbatas adalh amps sgu ini kandungan protein kasarnya rendah dan serat kasar tinggi..nah yg ingin sya tnyakn mengap disebut demikian pak? apa ada dmpak bagi ternak yg mngkonsumsi amps sagu tsb
ReplyDeleteKemudian utk pengolhny sndri dg cra difermntsi, sya kira ckup efektif utk meningktkn nutrisiny,
nmun bagi pertenk awam sndri kurng mngthui mngnai pengolhnya tsb..
Artikel ini memberikan imfomasi yang sangat bagus bagi saya, karena saya baru mengetahui kalau ampas sagu setelah di fermentasi juga besar manfaatnya bagi ternak unggas sebagai pakan...
ReplyDeleteokky tarmanda
ReplyDeletesetelah saya membaca artikel ini ternyata lagi dan lagi ampas dapat bermanfaat untuk fermentasi pakan ternak.
okky tarmanda
ReplyDeletesetelah saya membaca artikel ini ternyata lagi dan lagi ampas dapat bermanfaat untuk fermentasi pakan ternak.
M ILHAM SHOLIHIN ( E1C011035 )
ReplyDeleteTernyata selain ampas tahu yang bisa digunakan untuk pakan ternak ampas sagu juga bisa dijadikan sebagai pakan ternak asalkan dengan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan hasil yang baik , Artikelnya sangat bermanfaat pak semakin menambah wawasan dan pengetahuan saya .
SANDI EKA PUTERA (E1C011005)
ReplyDeletewaw superr sekali pak ternyata ampas sagu juga bisa dimanfaatkan menjadi pakan ternak unggas. Tapi sayang sekali pak kalau ampas sagu sangat jarang dan sulit untuk didapatkan di daerah bengkulu. mungkin hal ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan.
Dengan jumlah perbandingan ampas dan tepung jadi yang 6 : 1, pengolahan pakan ternak yang berasal dari tepung sagu ini sangat efisien. hal ini mesti didukung peralatan bahan dan teknologi yang memadai pak. terimakasih pak :)
Dewi Puspitasari ( E1C011090 )
ReplyDeleteartikel yang menarik,.. ternyata apapun bisa diolah menjadi pakan ternak unggas, bahkan ampas sagu dengan kandungan proteinya. dan bila di berikan pada ayam buras pada hasil penelitian bisa meningkat pertambahan bobot badan nya dalam perminggu pada fase grower. tapi sayangnya bengkulu bukan penghasil sagu,
Radiyostri (E1C011071)
ReplyDelete.
Artikel yang sangat menarik, Dengan proses fermentasi, kadar protein ampas sagu dapat meningkat sampai 14 %. Apa alasannya pak ?
Nama Nazarudin
ReplyDeleteNPM E1C011039
Memang sangat menarik sekali artikel-artikel ini, sangat bermanfaat bagi pembaca,terutama bagi para mahasiswa peternakan..
trimakasih atas informasinya..
artikel yang sangat bgus, ternyata selain ampas tahu, ampas sagu juga bisa di olah menjadi pakan ternak...
ReplyDeletevebby valentine E1C011095
ReplyDeletemenurut saya artikel ini sangat bagus saya baru mengetahui bahwa ampas sagu ternyata buat pakan ternak untuk unggas
Slam kenal pak
ReplyDeleteartikel bpk sangat bermanfaat,kebetulan daerah sy sentra penghasil sagu di KEPRI,untk informasi yg lbh lngkp sy mhon kepada bpk untk memberikan alamt dan No Telp yg bs dihubungi,agar daerah sy bs dan mampu mengolah limbah sagu dgn baik dan benar,terima kasih
sangat Menarik sekali pak artikel nya apalagi di dukung dengan masyarakat yang ada di kbupaten bnyak mendirikan industri pengolahan sagu,, sehingga ini menjadi salah satu dukungan untuk mengembangkan alternatif ini, ,.. memang seluruh limbah hampir 90%dapat di manfaatkan dan bisa diolah menjadi pakan ternak unggas, bahkan ampas sagu dengan kandungan proteinya. dan bila di berikan pada ayam buras pada hasil - hasil penelitian bisa meningkat pertambahan bobot badan nya dalam perminggu pada fase grower. tapi sayangnya bengkulu bukan penghasil sagu,
ReplyDeletefitri evianyta.s (E1C010021)
ReplyDeletesetelah saya membaca arikel ini saya sangat tertarik, dan penetahuan saya semakin bertambah,ternyata ampas sagu juga dapat digunakan sebagai pakan ternak,
saya sangat setuju bila pemanfaatan atau penggunaan ampas sagu ini terus dikembangkan.
...trimakasih pak...
MILA ENJELIKA S (E1C010059)
ReplyDeletebanyak juga nih pemanfaatan ampas-ampas jadi pakan ternak.
apakah ada cara lain selain fermentasi untuk meningkatkan kandungan Nutrisi ampas sagu ??
Desi Rustiani (E1C010027)
ReplyDeletewah artikelnya sangat menarik karena ampas sagu dapat digunakan sebagai pakan ternak,,namun penggunaannya perlu dibatasai karena serat kasarnya yang lumayan cukup tinggi.
artikel ini sangat berimbang, dengan banyaknya media pakan ternayata ampas sagu jga digunakan untuk pakan ternak. semoga lebi bbanyak lagi media-media pakan lainya dalam hidup ini
ReplyDeleteartikel ini sangat berimbang, dengan banyaknya media pakan ternayata ampas sagu jga digunakan untuk pakan ternak. semoga lebi bbanyak lagi media-media pakan lainya dalam hidup ini
ReplyDeleteampas sagu merupakan alternatif pakan yang sangat baik,.. alhamdulilah didaerah temapt saya tinggal bnyak sagu sagu yang ditanam warga
ReplyDeleteHendri Afrizal (E1C008012)
ReplyDeletesetelah saya membaca arikel ini saya sangat tertarik, dan penetahuan saya semakin bertambah,ternyata ampas sagu juga dapat digunakan sebagai pakan ternak,
saya sangat setuju bila pemanfaatan atau penggunaan ampas sagu ini terus dikembangkan.
dan sangat bermanfaat bagi saya sebagai mahasiswa yang sangat butuh ilmu.
Hendri Afrizal (E1C008012)
ReplyDeletesetelah saya membaca arikel ini saya sangat tertarik, dan penetahuan saya semakin bertambah,ternyata ampas sagu juga dapat digunakan sebagai pakan ternak,
saya sangat setuju bila pemanfaatan atau penggunaan ampas sagu ini terus dikembangkan.
dan sangat bermanfaat bagi saya sebagai mahasiswa yang sangat butuh ilmu.
dian sanata (E1C010029)
ReplyDeletesetelah difermentasi kandungan serat kasarnya apa berkurang pak..?
menurut saya,artikel ini sangat baik untuk menambah wawasan tentang pemanfaatan ampas sagu sebagai pakan ternak,setelah saya membaca artikel ini saya baru tahu bahwa sagu bukan hanya dimanfaatan sebagai makanan pokok khususnya bagi masyarakat indonesia bagian timur,ternyata limba sagu tersebut juga bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan pakan ternak.
ReplyDeleteartikel ini sangat menarik, Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami rumbia).Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Maluku dan Papua yang tinggal di pesisi., selain itu ternayata ampas sagu jga digunakan untuk pakan ternak..,
ReplyDeleteTRIYO INDIKA PUTRA (E1C010041)
ReplyDeleteARTIKEL yang sangat menarik,, Sebagai sumber karbohidrat, sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami rumbia). Kondisi ini memiliki keuntungan ekologis tersendiri, walaupun secara ekonomis kurang menguntungkan
achmad purba
ReplyDeleteE1C010004
wah snagt bagus artikel ini membuat pengetahuan makin luas
artikel yang sangat bagus
ReplyDeletemembuat penegtahuan bahwa ampas juga bisa dijadikan pakn ternak
denik pusanawati ec1010026
ReplyDeletemenarik sekali artikel ini ...bahwa pengunaan ampas sagu yang sudah di fermintasi..
berapa persen pemberian ampas sagu pada ayam yang masih fase grower
LISNAWATI ANGGRAINI
ReplyDeleteE1C010039
Apakah dengan kandungan 45 % pati dapat digunakan sebagai pengganti karbohidrat dalam ransum unggas pak??
MILA ENJELIKA S ( E1C010059 )
ReplyDeletemeskipun ampas tahu memiliki kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang tinggi tinggi, ternyata tidak menghalagi pemanfaatannya sebagai pakan ternak.karena dengan teknologi fermentasi dapat meningkatkan kadar protein,,,
denik pusnawati
ReplyDeletee1c010026
artikelnya menarik.cuma bagaimna cara memfermentasikan ampas sagu ini.
n di tambah dengan bahan pakn yang lain gak pak???