Pages

Wednesday, April 17, 2013

TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI TIKTOK SEBAGAI PENGHASIL DAGING POTENSIAL.




Oleh : Marisya Tenti
ABSTRAK
Tiktok (mule duck ) merupakan hasil persilangan antar spesies itik (Anas platyrhychos) dengan entok (Cairina muscovy).Itik ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap penyakit, serta dapat memanfaatkan pakan berkualitas rendah secara efisien menjadi daging. Namun masalahnya tiktok ini belum dipelihara dalam skala besar, tetapi hanya sebagai usaha sambilan dan bersifat tradisional.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tiktok adalah kesulitan memperoleh bibit day old tiktok (DOT), belum adanya standar formulasi pakan, dan penanganan pascapanen yang belum optimal. Untuk memecahkan permasalahan tersebut perlu dilakukan pengembangan melalui teknik inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan jumlah DOT, memperbaiki kualitas pakan dengan mengkombinasikan bahan pakan lokal yang seimbangan nutriennya baik, serta melakukan penanganan pascapanen yang tepat.


PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
            Mule duck atau lebih dikenal dengan sebutan Tiktok/ itik serati merupakan hasil persilangan antara itik betina (Anas plathyrynchos ) dengan entok jantan (Cairina moschata ). Perkawinan antara itik dan entok bukan sesuatu yang aneh lagi,karena di alam sudah sering terjadi. Jumlah kromosom yang sama memungkinkan terjadinya pembuahan pada perkawinan tersebut, namun itu kadang sangat mustahil , karena perbedaan bobot badan entok jantan yang lebih besar dibandingkan dengan itik betina sehingga diperlukan teknologi alternatif yaitu dengan Inseminasi Buatan (IB ). Menurut Marie Etancelin,et al,2008 menerangkan bahwa persilangan antara itik betina (Anas plathyrynchos ) dengan entok jantan ( Cairina moschata) bertujuan untuk mendapatkan itik persilangan   yang baik, dengan memanfaatkan heritabilitas dan korelasi genetik yang berhubungan erat dengan produksi. Akibat percampuran genetik dari itik dan entok timbulnya heterosis yaitu penampilan karakter yang berbeda dengan rata – rata dari kedua tetuanya. Karakteristik itik serati umumnya hampir menyerupai entok,yaitu memiliki tubuh besar,tenang,dapat berenang,tetapi tidak dapat terbang (Harahap 1993;Dharma et al.2001; Sari 2002
            Keunggulan dari tiktok antara lain adalah bobot badanya yang lebih besar diatas rata – rata bebek lokal lainya yaitu seberat minimal 3 kg, lebih tahan terhadap serangan penyakit serta memiliki daging yang tebal, gurih dan berstrektur lembut, serta dagingnya rendah lemak ( hanya 1 % dibagian dada dan 1,5 % dibagian paha ).

            Hal ini sesuai dengan pendapat Hutabarat,1982 menyatakan bahwa itik serati memiliki beberapa keunggulan yaitu pertumbuhannya cepat,mampu mengubah pakan berkualitas rendah menjadi daging. Tahan terhadap penyakit, mortalitasnya rendah 2,5 % (Dijaya 2003;Anwar 2005),serta dagingnya tebal,berwarna coklat muda,tekstur lembut dan bercita rasa gurih (Harahap 1993; Srigandono 2000; Dwi-Putro 2003; Setioko 2003;Bakrie et al.2005; Suparyanto 2005). Keunggulan yang dimiliki tiktok menjadi peluang yang sangat besar untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan daging sebagai sumber protein hewani yang baik.Tetapi dalam pengembanganya masih didapat permasalahan yaitu kesulitan memperoleh DOD dalam jumlah yang banyak dan kontinyu,sehingga pemeliharaan Tiktok dalam skala besar masih bermasalah. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bibit DOD adalah dengan menerapkan teknologi inseminasi buatan (IB). Teknologi IB adalah suatu proses mendepositkan semen kedalam saluran reproduksi betina yang sedang estrus dengan bantuan alat buatan manusia (Hafes dkk,2000). Dengan adanya teknologi ini  diharapkan mampu meningkatkan fertilitas telur dan populasi itik, pendapatan peternak, serta terpenuhinya kebutuhan protein hewani masyarakat.
            Dalam menghasilkan daging itik serati lebih unggul dibandingkan dengan ternak itik lokal lainnya,namun kontribusinya sebagai penghasil daging masih rendah dibandingkan dengan ayam pedaging,petelur maupun ayam buras. Seperti yang diungkapkan oleh (Zulkarnain 1992; Harahap 1993;Wasito dan Rohaeni 1994; Sari 2002;Suparyanto 2005) bahwa, itik serati mempunyai potensi sebagai itik pedaging,namun perkembanganya lambat sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya.
            Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana teknologi inseminasi buatan (IB) dalam upaya meningkatkan produksi tiktok sebagai penghasil daging potensial.

A.    Alasan tiktok sebagai itik penghasil daging potensial
            Daging itik yang banyak di konsumsi masyarakat dan beredar di pasaran umumnya bersumber dari itik betina yang tidak produktif atau afkir, itik jantan muda sebagai itik pedaging, dan itik serati/tiktok. Daging itik betina afkir dan jantan muda kurang disukai masyarakat karena alot dan penampilannya kurang menarik (Harjosworo et al. 2001). Hal ini karena itik petelur mempunyai badan yang langsing dan bobot dagingnya rendah. Selain rasa
dan baunya anyir, daging itik betina afkir umumnya keras, warnanya coklat kemerahan (Lukman 1995; Hustiany et al. 2001), dan memiliki serabut otot yang besar (Sudjatinah 1998). Apa lagi dalam pengolahan karkas kurang baik sehingga menyebabkan bau apek dan penampilan yang kurang menarik akibatnya harga daging itik relatif rendah. Bobot hidup itik betina afkir berkisar antara 1,3-1,4 kg dan setelah dipotong hanya menghasilkan karkas 0,9 kg. Itik jantan muda kurang diminati oleh usaha pembesaran itik pedaging karena tidak efisien dalam penggunaan pakan. Untuk mencapai bobot hidup 1,1 kg diperlukan waktu sekitar 10 minggu dengan konversi pakan bervariasi antara 4,19-6,02 (Sinurat et al. 1993; Iskandar et al. 1995).
             Tiktok (mule duck) merupakan hasil persilangan antara entok jantan (Cairina moschata)  dengan itik betina (Anas platyrhynchos). Perkawinan kedua spesies tersebut masih dimungkinkan, namun terbatas sampai hibrida saja dan tidak dapat dibentuk sebagai rumpun baru. Jika perkawinan antara itik jantan dan entok betina maka anak tiktok yang dihasilkan bersifat infertil (mandul). Sehingga bibit tiktok dihasilkan dengan sistem IB (Inseminasi Buatan) atau dikenal dengan kawin suntik. Itik serati (mule duck) merupakan sumber daging yang potensial. Penyilangan antara entok dan itik ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging itik di Indonesia (Setioko 2003b; Prasetyo et al. 2005). Itik serati merupakan sumber daging yang diminati oleh konsumen sehingga perlu dikembangkan dalam skala usaha besar.
Pengembangan tiktok ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan kita pada daging unggas impor sehingga mendukung upaya kemandirian pangan.

B.     Bibit tiktok
            Pengadaan bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pembesaran tiktok. DOT yang baik harus sehat dan baik yang dicirikan oleh : tubuh tegap, gesit dan lincah; kaki kokoh, fisik tidak cacat dan nafsu makan tinggi. Ada beberapa sumber bibit yang dapat dijadikan sebagai galur induk tiktok. Pembuatan galur itik betina dasar pemeliharaanya berasal dari itik lokal seperti Mojosari, alabio, tegal dll karena mempunyai produksi telur yang tinggi  dan pertumbuhan yang cepat serta mampu beradaptasi dengan lingkungan serta masa puncak produksi yang relatif lama. Sedangkan pejantan yang di buat galur adalah entok yang akan diambil Spermanya untuk kebutuhan kawin suntik dengan induk itik lokal. Dengan dasar pemeliharaanya karena entok jantan memiliki performance (bentuk badan) yang besar saat dewasa,pertumbuhan cepat,warna bulu lebih banyak putihPertumbuhan  serta daya kawin tinggi ( tidak mandul). Anak tiktok yang baru lahir memiliki bobot badan 26 – 53 gram (rataan 40,03 g). Selain dengan penetasan, bibit tiktok juga dapat diperoleh dari Balitnak Ciawi-Bogor atau tempat pembibitan lainnya. Harga bibit (DOT) adalah kisaran Rp. 5.500,-/ekor.
C.    Pakan
            Kunci keberhasilan pemeliharaan itik serati secara intensif adalah kualitas dan kuantitas pakan. Untuk pemeliharaan itik serati selama 7 minggu, biaya pakan mencapai 70% dari biaya produksi (Uhi et al. 2004) pakan itik serati umur 0−3 minggu harus mengandung protein kasar 18,74% dan energi metabolis 2.908 kkal/kg, sedangkan itik umur 4−10 minggu memerlukan energi metabolis 2.902 kkal/kg dan protein kasar 15,50%. Kebutuhan pakan itik serati sampai umur 10 minggu sebesar 1,20 kg/ minggu (Simanjuntak 2002).
                                                                          









tabel contoh formulasi pakan itik serati








umur itik



bahan pakan %

0-3 minggu
4-10 minggu


Jagung


57,1
69,2



bungkil kedelai

22,8
15



pollard


4
9



tepung ikan

4
3



minyak goreng

3,4
0,5



garam


0,4
0,4



kapur


1,1
1



premiks


0,5
0,5



metionin


1,1
0,1



lisin


0,1
0,1











perhitungan zat nutrien





protein kasar

18,74
15,5



energi metabolis (kkal/kg )
2.908
2.902



kalsium


0,9
0,9



P-tersedia

0,37
0,37



metionin


0,69
0,57



lisin


1,13
0,88


Berikut adalah contoh tabel formulasi pakan tiktok berdasarkan umur

           
                        Sumber : Chen (1996 )
D.     Keunggulan tiktok
Itik serati memiliki beberapa keunggulan, yaitu pertumbuhannya cepat, mampu mengubah pakan berkualitas rendah menjadi daging (Hutabarat 1982; Zulkarnain 1992; Hardjosworo dan Rukmiasih 2000), tahan terhadap penyakit, mortalitasnya rendah 2−5% (Dijaya 2003; Anwar 2005), serta dagingnya tebal, berwarna coklat muda, tekstur lembut dan bercita rasa gurih (Harahap 1993; Srigandono 2000; Dwi-Putro 2003; Setioko 2003; Bakrie et al. 2005; Suparyanto 2005).

Bobot badan itik serati jantan umur 12 minggu mencapai 1,92 kg, sedangkan betina 1,91 kg/ekor dengan proporsi karkas rata-rata masing-masing 63,23% dan 72,64% (Dwi-Putro 2003; Suparyanto 2005). Srigandono (2000) dan Dijaya (2003) mengemukakan, itik serati umur 10 minggu memiliki bobot badan 2,20−2,50 kg/ekor, dan pada umur 12 minggu bobot badannya berkisar antara 2,50−3 kg. Wasito dan Rohaeni (1994) melaporkan, bobot badan itik serati betina umur 10 minggu mencapai 2,40 kg, dan itik jantan umur 12 minggu bobot badannya sekitar 4,30 kg, konversi pakan 2,70, dan persentase karkas rata-rata 65−70%. Sementara bobot karkas itik serati umur 8 dan10 minggu masing- masing mencapai 1,36 kg dan 1,14 kg/ekor (Zulkarnain 1992; Roesdiyanto dan Purwantini 2001; Laksono 2003). Karakteristik itik serati umumnya hampir menyerupai entok, yaitu memiliki tubuh besar, tenang, dapat berenang, tetapi tidak dapat terbang (Harahap 1993; Dharma et al. 2001; Sari 2002).

E.     Kendala yang di hadapi dalam pengembangan tiktok
            Dengan demikian, permasalahan dalam pengembangan itik serati oleh petani-ternak adalah kesulitan memperoleh DOD dalam jumlah yang mencukupi dan kontinu. Akibatnya, pemeliharaan tiktok dalam skala lebih besar akan menghadapi masalah dalam penyediaan bibit. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bibit DOD adalah dengan menerapkan inseminasi buatan (IB). Dengan adanya penerapan teknik ini diharapkan mampu meningkatkan fertilitas telur dan populasi itik, pendapatan peternak, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat (Setioko 2003).

KESIMPULAN
            Tiktok (mule duck) merupakan hasil persilangan antara itik betina lokal (Anas plathyrynchos) dengan entok jantan (Cairina moschata). Tiktok  mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam skala agribisnis karena merupakan unggas penghasil daging yang potensial. Sebagai alternatif penghasil daging, itik serati lebih unggul dibanding itik lokal, karena di samping mempunyai pertumbuhan yang cepat, juga mampu mengubah pakan yang berkualitas rendah menjadi daging, tahan terhadap penyakit, dagingnya memiliki citra rasa yang gurih dan kadar lemaknya rendah. Beternak itik serati akan lebih menguntungkan jika penyediaan bibit DOD dalam jumlah besar dapat dilakukan secara kontinu. Permasalahan dalam pengembangan itik serati skala besar adalah terbatasnya penyediaan bibit DOD, formulasi pakan berbasis bahan pakan lokal belum memenuhi standar, dan penanganan pascapanen belum optimal. Untuk mengatasi masalah pengadaan bibit itik serati dan pakan dapat dilakukan dengan inseminasi buatan dan mengoptimalkan pemanfaatan bahan pakan lokal dengan mempertimbangkan  keseimbangan kandungan nutriennya. Pengolahan daging itik serati perlu lebih bervariasi untuk meningkatkan nilai tambah. Pengembangan itik serati berskala argibisnis perlu mempertimbangkan kesesuaian lokasi usaha, skala pemeliharaan, pemasaran, strategi pengadaan pakan berbasis bahan lokal, serta infrastuktur dan sarana penunjang lainnya.


UCAPAN TERIMAKASIH

            Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,telah memberikan karunia yang berlimpah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tulisan ini tepat waktu. Dan kami ucapkan banyak terimakasih kepada bapak pembimbing mata kuliah Penyajian Ilmiah Prof.Dr.Ir. Urip Santoso,MSc yang telah memberikan tugas telaah pustaka ini sehingga kami dapat mengetahui mulai dari cara penulisan,struktur serta ilmu yang diperoleh dalam pembuatan karya tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, D. 1993. Potensi Itik Mandalung sebagai Penghasil Daging Ditinjau dari Berat
Karkas dan Penilaian Organoleptik Dagingnya Dibandingkan dengan Tetuanya. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hutabarat, P.H. 1982. Genotipe x nutrient interaction of crosses between alabio and tegal duck and muscovy and pekin draker.
Srigandono, B. 2000. Beternak Itik Pedaging. Trubus Agriwidya, Jakarta.
Sunari, Rukmiasih, dan P.S. Hardjosworo. 2001. Persentase bagian pangan dan nonpangan itik mandalung dari berbagai umur. hlm. 59 − 62. Panduan Lokakarya Nasional Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Bisnis Baru. Bogor, 6−7 Agustus 2001. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Suparyanto, A. 2005. Peningkatan Produktivitas Daging Itik Mandalung melalui Pembentukan Galur Induk. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suryana. 1998. Optimalisasi pemanfaatan itik alabio jantan sebagai penghasil daging. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru. hlm. 1−11.
Suryana. (2008). Peluang dan Kendala Pengembangan Itik Serati Sebagai Penghasil Daging. J. Litbang Pertanian. 27 (1) : 24--30.
Velez, A.; J.M. Brun and R. Rouvier (1996) Crossing effect on reproductive traits two strains of duck (Anas platyrihynchos) : brown Tsaiya and Peking. Poult. Sci. 1996 Jul. 37 (3) : 571--577.
 Willughby, F., J. Ray and E. Willughby. 1676. Francisci Wullughbeii de Middleton. Ornithologiae libri tres. London. Cap IV Anas domestica vulgaris 294--295

30 comments:

  1. We're all aware that any Ralph production must feature the Polo pony and on this rule the espadrille is not left out. These pair come with wide white and blue cotton/canvas stripes that provide an ideal backdrop for the pony to be placed close to the heel without compromising the classic look. There are other modifications too i.e. the rope encircling the shoe while a rubber sole does the hard work beneath a padded foot bed lined with raffia. These are expensive at $200; they're Spanish made and carry the classic Ralph mark.About Where Do They Sell Toms footwearCheap Toms Is TOMS Shoes Just Shoes?Sperry Top-Sider Largo Toms Shoes The footwear manufacturer sells only leisure wear shoes. They have a great range of espadrille shoes and boots. Some of the footwear is vegan. This means that no animal products have been used in the manufacturing process. Although the styles are simple, there are many variations on the same theme. There are multi-coloured designs available and for more dressy moments they have also produced sequined shoes. Customers are responsible for shipping the exchange/return merchandise back to our office. We highly advise securing a tracking number for your return, as TOMS will not be liable for any return packages lost in transit. Please note TOMS does not accept worn or damaged merchandise for return or exchange. Any merchandise returned in condition other than new will be subject to a $10 re-stock fee. Cheap Toms Toms Shoes - Making A Difference One Step At A Time Not a lot of companies have such a good initiative for social responsibility. In fact, some other shoe companies actually exploit child labor in order to save money and increase their profits. Toms turns that upside down by helping disadvantaged children rather than abusing them for low cost outsourcing. They understand that shoes are necessary for the sake of progress. After all, these children can fall ill from wounding their feet thus leading to infection. This also helps them in terms of getting an education since shoes are often required in school dress codes. If they dont have shoes, theyre denied the opportunity to study. When you buy Toms, youre making sure that child gets the knowledge they need to have a brighter tomorrow.
    Relate Post
    toms online high quality for you discount buy
    toms sale high quality for you discount buy

    ReplyDelete
  2. kenapa pembahasannya tidak menyatakan tentang bagaimana mendapatkan hasil tiktoknya dulu??ib ny itu lho pak,yang ingin diketahui.

    ReplyDelete
  3. SILISTI (E1C010019)

    menurut saya artikel ini sangat baik untuk dibaca karena dengan membaca artikel ini maka kita akan tahu bahwa inseminasi buatan sangat penting dikembangkan terutama pada ternak unggas agar produksi ternak unggas meningkat dengan baik.

    ReplyDelete
  4. MILA ENJELIKA
    ( E1C010059 )

    sangat menarik. ternyata anggapan bahwa tidak mungkin mengawinkan entok dan itik karena perbedaan postur tubuh itu salah. dengan adanya IB ini sangat bembantu dalam proses persilangan antara entok dan itik. dan dari bacaan ini juga didapat informasi bahwa daging tiktok (persilangan itik dan entok)memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan daging itik maupun daging entok,,,,

    ReplyDelete
  5. Teguh Rafian E1C011046 (Monogastrik)
    Menurut saya usaha Tiktok memang menjamin peluang usaha yang menguntungkan, karena adanya inovasi baru dalam bidang peternakan. tetapi masih banyak kendala dalam hal bibit dan pakan. mungkin hal ini karena kurangnya penelitian atau ilmu-ilmu yang mengarah terhadap tiktok sendiri. maka perlunya penelitian lebih lanjut dalam hal ini.

    ReplyDelete
  6. Assalamualaikum Wr.Wb.
    Essy Agnesta Asdami (E1C011017) Monogastrik.
    Menurut saya judul jurnal ini sangat menarik namun setelah saya baca dan telaah isi dari jurnah tersebut sangat sedikit yang menyangkut tentang pengembangan tiktok dengan metode IB. tetapi yang saya baca isinya tentang permasalah susah mendapatkan bibit saja namun solusi dengan metoda IB tersebut belum dijelaskan secara mendetail. Terima kasih

    ReplyDelete
  7. nama : LIZA TRI ASTINI
    NPM : E1C011052

    Dari artikeltersebut terdat Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tiktok adalah kesulitan memperoleh bibit day old tiktok (DOT), belum adanya standar formulasi pakan, dan penanganan pascapanen yang belum optimal. Untuk memecahkan permasalahan tersebut perlu dilakukan pengembangan melalui teknik inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan jumlah DOT, memperbaiki kualitas pakan dengan mengkombinasikan bahan pakan lokal yang seimbangan nutriennya baik, serta melakukan penanganan pascapanen yang tepat.

    pak cara pengembangan melalui teknik inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan jumlah DOT bagaimana ??

    ReplyDelete
  8. menurut saya ini adalah artikel yang bikin saya penasaran,, apa itu tiktok dan ternyata persilangan itik dan entok, kalau di kampung halaman saya persilangan ini bahasa daerah saya namanya mendalung,,, tetapi memang jarang yang punya karena mungkin permasalahan nya tadi tidak semua yag disilangkan bisa menjadi jenis Tiktok ini dan solusinya ternyata ib,,,

    ReplyDelete
  9. Binti Nurkhasanah E1C011051 PeternakanOctober 22, 2013 at 9:14 AM

    Assalamualaikum, tiktok mungkin masih jarang dimanfaatkan sebagai ternak pedaging, tulisan diatas sangat bagus karena memberikan informasi bahwa tiktok juga berpotensi sebagai ternak pedaging yang bisa dimanfaatkan. oleh karena itu perlu pengembanan lebih luas lagi agar ternak tiktok dapat berkembang seperti ayam pedaging yang banyak dipasaran.
    binti nurkhasanah (E1C011051)

    ReplyDelete
  10. Asti Yosela Oktaviana
    E1C011096

    Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bibit DOD adalah dengan menerapkan inseminasi buatan (IB). Dengan adanya teknologi inseminasi buatan untuk itik sebenarnya dapat mempermudah para sarjana peternakan untuk dengan mudah mendapatkan pekerjaan, meskipun terlihat sepele namun sangat menguntungkan juga untuk peternak dalam mencari bibit untuk usaha peternakan itu sendiri.

    ReplyDelete
  11. m. sfris e1c011016 pi

    tehnik yng bgus untuk tiktok.. ternyata saya baru tahu di tiktok dapat dijalankan ib.. artikel yang cukup baik.. sangat menambah pengetahuan..

    ReplyDelete
  12. Luar biasa artikel nya. Dpt mnambah ilmu,tp yg jd kendala adalah penulis sangat sedikit memaparkan tentang bagaimn teknik insominasi tersebut.

    ReplyDelete
  13. Ikke nurjayanti
    E1c012095
    Sangat menarik. Tapi pak saya mau tanya mana bagusnya kawin alami dg kawin suntik/ib

    ReplyDelete
  14. Akbar Edo Saputra
    E1C013059

    Tiktok susah tidak kalo kawain alami ?

    ReplyDelete
  15. Akbar Edo Saputra
    E1C013059

    mana yg lebih efisien kawan alami atau buatan ?

    ReplyDelete
  16. terkait, dalam hal ini, berati teknologi IB sudah berkembang pada ternak unggas. sehingga, dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bibit yang bagus, namun dari segi ekonomis, apkah teknologi IB pada ternak unggas ini, sudah efesien apa belum ?? karena banyak kita ketahui ternak-ternak unggas , masih banyak yang kawin alami, karena pada halnya, masyrakat umum, masih tidak mau repot akan , hal yang ribet. jadi harapannya, semoga, artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan, teknologi IB tersebut.
    sehigga dapat mengashilkan bibit yang baik. namun haru ditinjau lagi apakah efesien apa belum
    by. Bagus Dimas Setiawan ( E1C013061 )

    ReplyDelete
  17. terkait, dalam hal ini, berati teknologi IB sudah berkembang pada ternak unggas. sehingga, dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bibit yang bagus, namun dari segi ekonomis, apkah teknologi IB pada ternak unggas ini, sudah efesien apa belum ?? karena banyak kita ketahui ternak-ternak unggas , masih banyak yang kawin alami, karena pada halnya, masyrakat umum, masih tidak mau repot akan , hal yang ribet. jadi harapannya, semoga, artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan, teknologi IB tersebut.
    sehigga dapat mengashilkan bibit yang baik. namun haru ditinjau lagi apakah efesien apa belum
    by. Bagus Dimas Setiawan ( E1C013061 )

    ReplyDelete
  18. Khalis Ahmad E1C013103
    dengan adanya persilangan itik & entok (tiktok), diharapkan produksinya bagus,tinggi

    ReplyDelete
  19. Dari hasil penelitian saudari marisya bisa kita tarik kesimpulan bahwa potensi yang dimiliki tiktok sangatlah besar.
    Pertanyaan saya apa yang membuat perkembangan tiktok didaerah bengkulu khususnya, masih sangat sedikit peternak yang melirik peluang tersebut. Padahal dengan ketahanan tubuh serta kemampuan mengolah pakan kwalitas rendah menjadi daging sangat tinggi, tiktok bisa kita anggap sebagai ternak yang sangat potensial jika dikembangkan dibengkulu.
    Jika permasalahan terletak pada DOT saya rasa hal tersebut bisa diatasi dengan bantuan dari para ahli serta dukungan yang penuh dari pemerintah daerah, bukan tidak mungkin provinsi bengkulu akan menjadi swasembada daging jika 3 aspek itu bisa saling berkolaborasi.
    Saya Arlis fajri
    NPM E1C014027

    ReplyDelete
  20. nama : okta marliya
    npm : e1c014015

    permintaan daging tiktok semakin hari semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk di suatu wilayah. dengan adanya teknologi IB pada tiktok ini sangat membatu dalam bududaya tiktok untuk memenuhi permintaan daging tiktok yang semakin meningkat.

    ReplyDelete
  21. memang menjamin peluang usaha yang sangat menguntungkan sebab menurut saya ini merupakan inovasi yang baru di dalam usaha dunia peternakan, saya sangat tertarik pada teknologi inseminasi buatan dalam upaya meningkatkan produksi tiktok sebagai penghasil daging potensial, sayangnya hal ini masih sangat kurang dibudidayakan oleh peternak itu sendiri. Dengan adanya IB ini semoga usaha ii banyak di minanti oleh para peternak.

    ReplyDelete
  22. Nama : Tamrin Simbolon
    NPM : E1C014054

    Selama ini kita ketahui bahwa teknologi IB masing sangat jarang dilakukan bagi ternak unggas,namun tidak menutup kemungkinan dapat diaplikasikan pada unggas. Ini akan sangat membantu dalam pengembangan ternak unggas dalam hal ini yaitu tiktok. Disamping tidak perlu mendatangkan pejantan teknologi IB juga lebih praktis dan efisien , dan diharapkan dapat memenuhi pertmintaan konsumen.

    ReplyDelete
  23. Nama : ayu hariza
    Npm : e1c013034


    perlu di terapkan supaya populasi tiktok meningkat


    ReplyDelete
  24. Nama : Hasna Umi Zahrah
    NPM : E1C013100
    Setelah membaca jurnal tentang Teknologi Inseminasi Buatan dalam Upaya Meningkatkan Produksi Tiktok sebagai Penghasil Daging Potensial sangat menarik, hal ini dikarenakan IB pada unggas di Provinsi Bengkulu masih sangat jarang dilakukan dan di terapkan di peternakan- peternakan yang ada di Bengkulu, padahal IB untuk mencegah adanya himbriding pada unggas.

    ReplyDelete
  25. Nama : Helsen Alexander
    Npm : E1C012036

    setelah membaca jurnal ini Ib pada tiktok msih sangat kurang padahal potensi untuk pengembangan tiktok di daerah bengkulu berpotensi sangat besar

    ReplyDelete
  26. Nama : Roni Saeful Anwar
    NPM : E1C014067

    Teknologi Inseminasi Buatan merupakan solusi tepat untuk meningkatkan produksi tiktok. hal ini juga akan berpengaruh terhadap populasi tiktok yang notabennya belum pamiliar secara merata di kalangan masyarakat luas. namun tetap saja teknologi inseminasi buatan pada tiktok ini harus dijabarkan secara gamblang apalagi mengenai cara penampungan semen. Trimakasih.

    ReplyDelete
  27. Kharisma Kandida (E1C013097)
    MK.Nutrisi Ternak Monogatrik
    Untuk meningkatkan jumlah tiktok maka perlu adanya IB tetapi kebanyakan masyarakat belum mengetahui bagaimana cara mengIB sehingga masyarakat lebih memilih untuk beternak itik saja. Tetapi apa ada kemungkinan itik betina dengan entok jantan kawin secara alami ?

    ReplyDelete
  28. Arlis fajri
    E1c014027
    Sangat menarik mengwnai IB pada unggas.
    Apakah dalam pelaksanaan realnya d lapangan akan bisa membantu para peternak dalam peningkatan populasi tiktok,? Ini merupakan tantangan untuk kita bersama dalam pengembangan ternak khususnya yg sangat potensial di provinsi bengulu.
    Tetima kasih.

    ReplyDelete
  29. Arlis fajri
    E1c014027
    Sangat menarik mengwnai IB pada unggas.
    Apakah dalam pelaksanaan realnya d lapangan akan bisa membantu para peternak dalam peningkatan populasi tiktok,? Ini merupakan tantangan untuk kita bersama dalam pengembangan ternak khususnya yg sangat potensial di provinsi bengulu.
    Tetima kasih.

    ReplyDelete
  30. Arlis fajri
    E1c014027
    Sangat menarik mengwnai IB pada unggas.
    Apakah dalam pelaksanaan realnya d lapangan akan bisa membantu para peternak dalam peningkatan populasi tiktok,? Ini merupakan tantangan untuk kita bersama dalam pengembangan ternak khususnya yg sangat potensial di provinsi bengulu.
    Tetima kasih.

    ReplyDelete