Oleh : Misnadi
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
ABSTRAK
Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas jumlahnya sangat terbatas sehingga harus dicarikan alternatif pakan unggas yang mudah didapat, harganya terjangkau dan memiliki nutrisi yang baik. Onggok merupakan limbah industri yang jumlahnya sangat melimpah dan dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak unggas apabila dilakukan fermentasi terlebih dahulu karena onggok memiliki nutrisi yang rendah sedangkan onggok terfermentasi memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Menurut Supriyati (2003), sebelum difermentasi onggok tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu, sampai kadar airnya maksimal 20% dan selanjutnya digiling. Pemberian onggok terfermentasi dengan level 30% memberikan pengaruh yang lebih baik daripada yang tidak diberi onggok terfermentasi.
Kata kunci : Onggok terfermentasi, performans, unggas
Pendahuluan
Kendala dalam mendukung perkembangan peternakan adalah tercukupinya kebutuhan pakan ternak, sehingga perlu diupayakan jenis bahan pakan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak pengganti yang harganya murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, mudah didapat dan berkualitas baik. Onggok merupakan limbah padat industri tapioka dan pemanfaatan limbah padat ini masih sangat rendah. Kurangnya pemanfaatan onggok tersebut dikarenakan onggok masih memiliki nilai nutrisi yang rendah sehingga jika diberikan kepada ternak akan berdampak negatif bagi ternak. Dengan demikian onggok sisa limbah industri tepung tapioka tidak termanfaatkan dan membusuk sehingga mencemari lingkungan hidup.
Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan pakan unggas yang terus meningkat adalah mengupayakan peningkatan nilai nutrisi bahan pakan limbah yang mempunyai nilai nutrisi rendah menjadi bahan pakan yang mempunyai nilai nutrisi tinggi melalui proses fermentasi (Nurhayati, 2006).
Onggok merupakan limbah padat agroindustri pada pembuatan tepung tapioka yang dapat dijadikan sebagai media fermentasi dan sekaligus sebagai pakan ternak. Onggok dapat dijadikan sebagai sumber karbon dalam suatu media fermentasi karena masih banyak mengandung pati (75,19%) yang tidak terekstrak, tetapi kandungan protein kasarnya rendah yaitu 1,04 % berdasarkan bahan kering (Nuraini et al., 2007). Penggunaan onggok tanpa diolah sebagai pakan ternak terbatas penggunaannya yaitu hanya 6% dalam ransum broiler, karena kandungan protein kasar onggok yang rendah dan untuk meningkatkan penggunaannya dalam ransum perlu ada penambahan bahan pakan sumber nitrogen lain. Penggunaan produk pakan fermentasi yang kaya β karoten dalam ransum unggas selain dapat menggantikan penggunaan jagung juga dapat menghasilkan telur yang rendah kolesterol (Nuraini, 2006). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan yang kaya β karoten dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada manusia dan tikus serta kadar kolesterol telur ayam. Kemampuan β karoten dalam menurunkan kolesterol darah telah dibuktikan oleh Cedar et al. (2000). Dengan proses fermentasi onggok memiliki nilai gizi yang lebih tinggi.
Berikut ini adalah bagan cara memproduksi tepung tapioka sehingga dapat menghasilkan onggok sebagai bahan pakan alternatif bagi unggas :
(Sumber : Bank Indonesia, 2007)
Sebelum onggok tersebut diberikan kepada ternak, onggok terlebih dahulu difermentasi untuk menghilangkan anti nutrisi yang dikandung oleh onggok dan untuk meningkatkan nilai nutrisi pada onggok sehingga jika onggok tersebut diberikan kepada unggas dapat memberikan dampak yang positif. Menurut Supriyati (2003), sebelum difermentasi onggok tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu, sampai kadar airnya maksimal 20% dan selanjutnya digiling.
Komposisi Onggok
Nutrien utama onggok adalah karbohidrat yaitu 60-70% (Tisnadjaja, 1996), dengan kornponen utama berupa pati (Judoamidjojo et al., 1992). Nutrien lain yang harus diperhitungkan apabila onggok digunakan sebagai bahan pakan unggas adalah tingginya serat kasar, rendahnya protein, rendahnya kecernaan (Puslitbangnak, 1996), dan adanya senyawa anti-nutrisi (Suliantari dan Rahayu, \ I 1990), yang mana anti nutrisi tersebut adalah asam sianida (HCN). Kandungan zat makanan yang dimiliki onggok adalah protein kasar 1,88%, serat kasar 15,62%, lemak kasar 0,25%, abu 1,15%, Ca 0,31%, P 0,05% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 81,10% (Wizna et al., 2008b). Onggok mempunyai kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang tinggi sehingga terbatas penggunaannya sebagai pakan ternak unggas.
Serat kasar merupakan nutrien khas penyusun dinding sel tanaman, yang sebagian besar adalah selulosa. Selulosa adalah polimer D-glukosa dengan ikatan β-1,4 glikosidik yang tidak dapat dicerna oleh unggas (Mulyono, at al., 2009).
Kadar pati yang tinggi pada onggok menjadi sumber energi bagi kapang (Aspergillus niger). Pertumbuhan yang baik dari kapang diharapkan memprodukasi enzim selulase dan lipase dalam jumlah banyak sehingga dapat digunakan merombak dan menurunkan serat kasar serta lemak kasar pada bungkil inti sawit. Selain itu, ketersediaan populasi kapang yang tinggi dapat meningkatkan kandungan protein kasar substrat karena kapang merupakan sumber protein tunggal. Dengan demikian, apabila bungkil inti sawit dicampur onggok diharapkan menjadi media yang cocok bagi Aspergillus niger untuk terjadinya proses fermentasi sehingga meningkatkan nilai nutrisi substrat tersebut.
Setelah dianalisa kandungan nutriennya, antara onggok dan onggok terfermentasi berbeda. Yaitu, kandungan protein kasar dan protein sejati, masing-masing meningkat dari 2,2 menjadi 25,6 dan 18,4%. Sedang karbohidratnya menurun dari 51,8 menjadi 36,2% . Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Dan kandungan protein meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%, dengan menggunakan urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen.
Analisis Performans
Berikut ini bahan penyusun ransum campuran bungkil inti sawit dengan onggok terfermentasi oleh Aspergillus niger pada ayam pedaging :
Tabel 1. Susunan Pakan Percobaan Periode Starter
Tabel 2. Susunan Pakan Percobaan Periode Finisher
Hasil percobaan tentang pengaruh berbagai tingkat penggunaan campuran BIS-onggok terfermentasi oleh Aspergillus niger terhadap penampilan ayam pedaging dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3 :
Tabel 3. Rataan Konsumsi Pakan, PBB, Konversi Pakan, dan IOFCC Hasil Penelitian
Berdasarkan data rerata konsumsi pakan antar perlakuan, menunjukkan bahwa konsumsi pakan yang mengandung bahan fermentasi lebih tinggi dari kontrol. Hal ini berarti bahwa penambahan bahan fermentasi dalam pakan dapat memacu nafsu makan ayam. Peningkatan konsumsi pakan sebagai akibat dari terpacunya nafsu makan seiring dengan semakin banyaknya penambahan bahan fermentasi dalam pakan. Hal ini didukung oleh Saono (1976) yang disitasi oleh Rusdi (1992) bahwa salah satu manfaat fermentasi adalah meningkatkan palatabilitas pakan.
Pertambahan bobot badan merupakan manifestasi dari pertumbuhan yang dicapai selama penelitian, yakni bobot akhir dikurangi bobot awal atau bobot DOC. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah adalah perlakuan P2 (1.468,41 g), P1 (1.428,22 g), P3 (1.405,82 g), dan P0 (1.219,53 g). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,051) terhadap pertambahan bobot badan. Berdasarkan data rerata PBB menunjukkan bahwa P2, P1, dan P3 lebih tinggi dari P0. Pakan yang mengandung bahan terfermentasi memiliki palatabilitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan nafsu makan ayam.
Konversi pakan didefinisikan sebagai jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi pertambahan bobot badan. Konversi pakan merupakan indikator baik atau tidaknya pakan yang diberikan pada ayam broiler. Nilai konversi pakan yang semakin besar mengakibatkan kebutuhan pakan yang diperlukan untuk menghasilkan setiap satuan bobot badan semakin besar. Dengan demikian biaya produksi dari penggunaan pakan semakin besar dan tidak efisien.
Perlakuan P0 memiliki konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan P1 dan P2. Hal ini disebabkan oleh pakan P0 kurang palatable dan kurang terpenuhinya kebutuhan protein sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya nisbah antara protein dan energi. Kondisi ini mengakibatkan penyerapan zat makanan menjadi rendah terutama protein untuk dimanfaatkan menjadi daging. Hal ini didukung oleh pendapat Lesson dan Summers (1991) yang disitasi oleh Yotolemba (2003) bahwa protein sangat penting untuk menyusun organ tubuh, otot, dan bagian lain dari tubuh sehingga sangat menentukan pertumbuhan ayam.
Income Over Feed and Chick Cost merupakan indikator nilai ekonomis dari pakan yang diberikan pada ayam pedaging. Income Over Feed and Chick Cost adalah besarnya keuntungan kotor yang diperoleh dari hasil penjualan bobot hidup seekor ayam pedaging dikurangi biaya pakan yang dikonsumsi dan biaya pembelian DOC.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat penggunaan bahan terfermentasi dalam pakan mempengaruhi (P<0,06) konsumsi pakan, PBB, dan IOFCC tetapi tidak mempengaruhi (P>0,06) konversi pakan..2. Penggunaan campuran bungkil inti sawit dan onggok terfermentasi dalam pakan sampai 30 persen masih lebih baik dibandingkan dengan kontrol.
produk fermentasi dapat digunakan sampai 30% dalam campuran pakan ternak unggas karena masih memberikan nilai ekonomis yang tinggi dibanding dengan pakan 100%. Secara umum, tingkat penggunaan produk fermentasi tidak memengaruhi konsumsi pakan, konversi pakan, persentase karkas, kadar lemak daging dan kandungan koleterol darah. Tetapi, memengaruhi lemak abdominal.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan pakan onggok terfermentasi dapat dimanfaatkan oleh unggas untuk meningkatkan performansnya karena onggok terfermentasi memiliki kandungan nutrisi yang baik dibandingkan dengan onggok yang tidak difermentasi.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih saya sampaikan kepada :
· Prof. Ir. Urip Santoso, S. Ikom., M. Sc., Ph. D dan Heri Dwi Putranto, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Penyajian Ilmiah yang selalu membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmunya kepada kami sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik
· Teman-teman yang sama-sama sedang mengambil Mata Kuliah Penyajian Ilmiah yang selalu memberikan motivasi, kritik serta sarannya kepada penulis sehingga kesalahan yang diperbuat oleh penulis dapat dihindari
· Peneliti-peneliiti yang karyanya menjadi pustaka dalam makalah ini
Daftar Pustaka
Markustri. 2009. Onggok/ampas Tapoika. http://markustri.multiply.com
Mulyono.A.M.W. at al,. 2009. Nilai Nutritif Onggok-terfermentasi Mutan Trichorderma AAI pada Ayam Broiler. Media Kedokteran Hewan. Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara. Yogyakarta.
Nuraini , Sabrina dan S. A. Latif. 2008. Performa Ayam dan Kualitas Telur yang Menggunakan Ransum Mengandung Onggok Fermentasi dengan Neurospora crassa. Media Peternakan, Vol. 31 No. 3 ISSN 0126-0472. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang
Nurhayati. 2006. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran Bungkil Inti Sawit dan Onggok Terfermentasi oleh Aspergillus niger dalam Pakan terhadap Penampilan Ayam Pedaging. Jurnal Indonesia Tropic Animal Agriculture 32 [1]. Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.
Sipuk Bank Indonesia. 2007. Sistem Informasi Agroindustri Berorientasi Ekspor. Jakarta
Supriyati. 2003. Onggok Terfermentasi dan Pemanfaatannya dalam Ransum Ayam Ras Pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol 8, No 3. Departemen Pertanian Pusat Penelitian daan Pengembangan Peternakan. Jakarta. Abstrak
Tarmudji MS. 2004. Pemanfaatan Onggok untuk Pakan Unggas. Tabloid Sinar Tani. Bogor.
Wizna. 2008. Efisiensi Penggunaan Energi Metabolis Ransum Berbasis Onggok yang Difermentasi Bacillus amyloliquefaciens pada Ayam Broiler. Media Peternakan, Vol. 31 No. 3. ISSN 0126-0472. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/mediapeternakan/article/download/1062/304.
Setelah saya membaca artikel ini, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang limbah. limbah yang selama ini menjadi sampah yang dapat mencemari lingkungan teryata bisa dimanfaatkan untuk pakan unggas. Tetapi mengapa informasi yang disampaikan belum lengkap karna tabel-tabel yang disebutkan dalam artikel tidak dilampirkan?
ReplyDeleteSetelah saya membaca artikel ini, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang limbah,. limbah yang selama ini menjadi sampah yang dapat mencemari lingkungan teryata bisa dimanfaatkan untuk pakan unggas. Tetapi mengapa informasi yang disampaikan belum lengkap karna tabel-tabel yang disebutkan dalam artikel tidak dilampirkan?
ReplyDeleteIya Ressy, tabelnya tidak terpublikasi. nanti akan saya perbaiki. Tks.
ReplyDeleteOuwh,,ternyata onggok terfermentasi itu lebih baik dibandingkan dengan onggok yg tdk dfermentasi,dapat meningkatkan performans unggas..tpi sayang tabelnya tdak trbaca jdi nya masih krang dlam penyampaiannya.
ReplyDeleteartikel ini bagus, tapi dalam arikel ini memiliki kekurangan, seperti tidak dilampirkanya tabel-tabel jadi informasi didalam artikel ini belum bisa disampaikan dengan baik kepada pembaca.
ReplyDeleteZohdin ( e1c009085 )
ReplyDeletemenurut saya pemanfaatan onggok terfermentasi ini sangat bagus,,karena onggok adalah bentuk dari limbah dan jika itu bisa di manfaatkan akan menjadi lebih baik....akan tetapi artikel ini kurang mendukung karena tidak ada tabel-tabel yang memudahkan pembaca untuk memahaminya lebi jelas..terimakasih..
Zohdin ( e1c009085 )
ReplyDeletemenurut saya pemanfaatan onggok terfermentasi ini sangat bagus,,karena onggok adalah bentuk dari limbah dan jika itu bisa di manfaatkan akan menjadi lebih baik....akan tetapi artikel ini kurang mendukung karena tidak ada tabel-tabel yang memudahkan pembaca untuk memahaminya lebi jelas..terimakasih..
ide dalam artikel ini sebenarnya sangat bagus dan bisa kita terapkan pada ternak unggas kita. tapi sayang informasi-informasi yang disampaikan masih kurang karena banyak tabel-tabel yang seharusnya ditampilkan tapi tidak ada ditampilkan. sehingga informasi yang kami dapat belum begitu jelas.
ReplyDeleteartikel ini sangat menarik...dan terima kasih juga karena artikel ini cukup membantu saya dalam menyelesaikan tugas karya ilmiah saya.
ReplyDeletewah alterntif baru ni yang dapat digunakan sebagai pakan unggas memang bener pakan ternak unggas jumlahnya sangat terbatas,untuk itu suatu peternakan harus dapat mencari alternatif-alternatif pakan unggas sehingga tetap dapat bertahan beternak unggas tetapi perlu di inget bahwa alternatif-alternatif tersebut tanpa mengurangi kandungan giziyang terdapat pada pakan unggas atau bahkan dapat menemukan pakan yang berkualitas gizi sangat tinggi.
ReplyDeleteM.andriansyah
ReplyDeletepengetahuan baru yang saya dapat dari artikel ini, onggok merupakan pakan unggas yang sangat baik,, untuk itu bagai mana dengan bengkulu apakah bisa kita dapat kan produk onggok yang telah difermentasikan ?
disini saya mau bertanya pak, mengapa perusahaan besar seperti perusahaan pembuat konsentrat pakan ayam tidak mau membangun perusahaan nya di daerah terkhusus bengkulu? apa penyebabnya pak? trimaksih
adi susanto
ReplyDeletedengan membaca artikel ini saya mendapat wawasan baru, terimah kasih informasinya pak .
ass.Indra Mustika,E1C011020.
ReplyDeletesetelah membaca artikel ini saya baru mengetahui bahwa onggok fermentasi lebih baik untuk pakan ternak karena dapat meningkatkan performen unggas ...terima kasih
Dewi puspitasari said
ReplyDeleteDewi puspitasari( E1C011090)setelah membaca artikel ini saya baru mengetahui kalau onggok bisa diberikan menjadi pakan ternak dan harus difermentasikan dahulu sebelum diberikan ke ternak dan tidak mengganggu konversi pakan ayam.wah ternyata banyak juga limbah yang bisa di olah kembali menjadi pakan. terimakasih pak atas imformasinya sangat bermanfaat, untuk kita
benar sekali apa yang dikatakan dengan saudari dewi bahwa dengan membaca artikel ini saya dapat mengetahui bahwa onggok dapat dijadikan sebagai pakan ternak itu,onggok digunakan sebagai pakan ternak banyak didaerah bengkulu khususnya daerah lampung karena dunia peternakan disana cukup baik....dibandingkan didaerah kota bengkulu...
ReplyDeletedian septiyani ( e1c011079)
ReplyDeleteterima kasih pak atas informasinya,
ternyata onggok fermentasi dapat bermanfaat untuk pakan ternak, dan itu tdk mengganggu knversi pakan. dan dapat mngurangi limbah jga,,,,
setelah saya membaca artikel ini ,,,saya dapat mengetahui pengetahuan baru dan ,,wawasan baru,,ternyata onggok dapat di fermentasikan untuk pakan ternak dan itu tidak menggangu konsevensai pakan pada ternak unggas tersebut
ReplyDeleteonggok yang sudah merupakan pakan ternak bisa dioptimalkan lagi pemanfaatannya, artikel ini sangat menarik, tetapi saya setuju dengan saudari putri yang mengatakan kurangnnya informasi lebih mendalam pada artikel ini sehingga artikel ini kurang meyakinkan para pembacanya.
ReplyDelete