Pages

Friday, June 3, 2011

Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam ransum ayam broiler

Oleh:  Astria Palinka
 
 ABSTRAK
 Ayam broiler merupakan jenis ayam penghasil daging yang unggul karena selain pertumbuhannya cepat dengan masa pemeliharaan yang relatif singkat juga memiliki daging yang empuk dengan kandungan gizi yang tinggi. Dewasa ini permintaan akan daging meningkat karena urbanisasi, perkembangan nutrisi dan penghasilan yang tinggi. Bobot badan ayam broiler sangat tergantung dari bahan pakan yang dikonsumsinya, sehingga dibutuhkan pakan yang berkualitas. Harga pakan yang cukup tinggi membuat peternak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan biaya ransum adalah dengan memanfaatkan sumber bahan pakan non kovensial seperti lumpur  sawit. Namun karena nilai gizi lumpur sawit yang rendah maka dilakukan sentuhan tehnologi seperti fermentasi untuk meningkatkan nilai gizinya. Salah satu inokulum yang baik digunakan untuk fermentasi adalah kapang Aspergillus niger. Lumpur sawit fermentasi (LSF) dengan Aspergillus niger Mampu meningkatkan nilai protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar. selain itu penggunaan LSF dapat digunakan sampai taraf 10% tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan performans ayam pedaging.
 Kata Kunci : Ayam broiler, lumpur sawit, Aspergillus niger.

 I. PENDAHULUAN
 Ransum merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan. Penyediaan ransum yang murah, tersedia dan baik kualitasnya serta tidak bersifat racun perlu dilakukan untuk menekan biaya produksi, dimana 60%-70% dari komponen biaya produksi adalah biaya ransum.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan biaya ransum adalah dengan memanfaatkan sumber bahan pakan non kovensial yang  mempunyai nilai ekonomis rendah, tidak bersaing dengan manusia, serta tersedia secara terus menerus. Sumber bahan pakan yang dimaksud dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan limbah pertanian, salah satunya adalah limbah pabrik kelapa sawit.
Limbah kelapa sawit yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternate ternak unggas dan punya potensi yang besar adalah  bungkil inti sawit dan Lumpur sawit, yang sampai saat ini limbah tersebut belum digunakan secara maksimal sebagai bahan pakan dalam ransum ternak.
Lumpur sawit (palm sludge) merupakan limbah pengolahan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), yang memungkinkan untuk dioptimalkan pemanfaatannya sebagai bahan pakan penyusun ransum unggas
Penggunaan Lumpur sawit sebagai bahan pakan ayam pedaging akan memberikan keuntungan ganda yaitu  menambah variasi dann persediaan bahan baku ransum serta mengurangi pencemaran lingkungan, disamping dapat memberikan keuntungan lain dalam hal penekanan biaya ransum.
Penggunaan limbah di atas sebagai ransum ternak harus melalui penanganan dan pengolahan lebih lanjut atau perlu sentuhan tehnologi untuk meningkatkan nilai gizi nya, dikarenakan bahan limbah ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu serat kasar tinggi, kandungan protein dan kecernaan rendah (Zamora et al. 1989). Menurut Sinurat 1998 dalam Mirwandhono (2004), teknologi untuk meningkatkan mutu bahan pakan adalah dengan fermentasi.
Tehnik ini sudah dilaporkan dapat meningkatkan nilai gizi Lumpur sawit (Sinurat et al., 1998. Pasaribu et al, 1998). Secara umum semua produk akhir fermentasi biasanya mengandung senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna daripada bahan asalnya sehingga dapat meningkatkan nilai gizinya (Purwadaria et al., 1995; Sinurat dkk., 1996; Supriyati dkk., 1998). Fermentasi juga berfungsi sebagai salah satu cara pengolahan dalam rangka pengawetan bahan dan cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat racun yang dikandung suatu bahan. Berbagai jenis mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi protein dengan  penambahan nitrogen anorganik melalui fermentasi. Kapang yang sering digunakan dalam teknologi fermentasi antara lain Aspergillus niger.
A. niger merupakan salah satu jenis Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. Produk fermentasi ini  mempunyai kandungan protein kasar dan protein sejati yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Lumpur sawit memiliki komposisi   nutrisi yang setara dengan dedak padi.
Lumpur sawit mengandung protein kasar 13,3 %, lemak kasar 18,9%, serat kasar 16,3%, abu 12%, dan BETN 39,6% (Widyawati, 1991 dalam Mairizal dkk, 2008). Berdasarkan hasil penelitian  yang dilakukan di Balitnak Ciawi diketahui bahwa proses fermentasi Lumpur sawit dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan nilai gizinya namun produk hasil fermentasi tersebut dalam aplikasinya hanya efektif digunakan sampai taraf 10% dalam ransum ( Sinurat dkk. 2001)
Berdasarkan pemikiran di atas, maka cukup beralasan untuk mengadakan kajian mengenai pemanfaatan Lumpur sawit  terfermentasi dalam ransum untuk menunjang kinerja pertumbuhan ayam pedaging serta mendukung pengembangan perunggasan di Indonesia.
 Potensi Limbah Sawit Sebagai Ransum Ternak
Tanaman kelapa sawit meghasilkan 4 jenis limbah utama yang digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu daun sawit, bungkil inti sawit, lumpur sawit dan serabut sawit. Limbah ini cukup melimpah sepanjang tahun, namun penggunaannya sebagai bahan pakan belum digunakan secara maksimal sampai sekarang.  Dari 693.015,64 ha kebun kelapa sawit dihasilkan tandan buah segar sebesar 10,40 juta ton per tahun dan akan dihasilkan limbah pabrik pengolahan sawit berupa lumpur sawit 0,52 juta ton dan bungkil inti sawit sebesar ,24 juta ton, dan serat buah 1,25 juta ton pertahun.
Lumpur sawit adalah larutan buangan yang dihasilkan selama proses pemanasan minyak mentah sawit. Bahan ini merupakan emulsi mengandung sekitar 20% padatan, 0,5-1% sisa minyak dan sekitar 78-79% air (Devendra, 1997 dalam Mirwandhono 2004).
 Aspergillus Sebagai Inokulum Fermentasi
            Penggunaan kapang sebagai inokulum fermentasi sudah banyak dilakukan karena pertumbuhannya relatif mudah dan cepat, kadar asam nukleat rendah ( Mirwandhono, 2004). Pertumbuhannya pun mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas yang mulanya berwarna putih , tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapangnya.
            Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo Eutiales, sub-klas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes, dan divisi Amastigmycota (Hardjo et al., 1989). Aspergillus niger mempunyai konidi yang besar, dipak secara padat, bulat, dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya berseptat, spora yang bersifat  aseksual dan tumbuh memasang di stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen dalam jumlah yang cukup. Aspergillus niger  termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu 35 ºC-37 ºC.
 Perubahan Kandungan nutrisi lumpur sawit fermentasi dengan Aspergillus niger
            Setelah lumpur sawit difermentasi selama 4 hari, kandungan PK nya naik menjadi 35,43 % dari 13,25% dan serat kasarnya menjadi 13,8% dari 16,3%. Kenaikan PK LSF ini dikarenakan setelah fermentasi 4 hari terjadi kehilangan bahan kering yang tinggi (28,77%), kapang  ini juga mempunyai intensitas pertumbuhan yang tinggi, kemudian diduga juga kapang ini telah mensintesis enzim ureasi untuk mencegah urea menjadi asam amonia dan CO2 pada fermentasi 4 hari.
Asam amonnia dapat digunakan oleh kapang untuk pebentukan asam amino. Sedangkan perubahan kandungan SK dipengaruhi oleh intensitas pertumbuhan miselia kapang , kemampuan memecah SK untuk memenuhi  kebutuhan energi, dan kehilangan BK selama fermentasi. Penurunan SK diduga karena Aspergillus niger pada inkubasi 4 hari mulai mensintesa enzim pengurai, yaitu selulose yang akan merombak selulosa dalam produk. Aspergillus niger merupakan kapang yang dapat tumbuh cepat an menghasilkan beberapa enzim  seperti amylase, pektinase, amiloglukosidase dan selulase.
 Penggunaan Lumpur sawit fermentasi dengan Aspergillus niger dalam ransum  broiler
            Dari hasil penelitian yang dilakukan,  LSF dengan Aspergillur niger dapat digunakan sebanyak 5%  dalam ransum dan memberikan hasil terbaik untuk pertambahann bobot ayam pedaging (Mirwandhono, 2004). Pemberian pada taraf 15 % tidak berpengaruh buruk terhadap konsumsi pakan, karkas, lemak abdomen, dan organ (hati dan rempela) pada ayam broiler(Sinurat. 2000). Menurut Sinurat dkk., 2000 dalam Mairizal (2008), batas penggunaan lumpur sawit yang disarankan untuk ayam broiler adalah 5%, sedangkan menurut Yeong dan Azizah 1987 dalam Sinurat (2001) lumpur sawit dapat digunakan sebanyak 15 %. Selanjutnya dijelaskan oleh Sinurat (2001) bahwa batas pemberian lumpur sawit dalam ransum unggas sangat bervariasi tergantung dari proses dalam menghasilkannya dan jenis ternak yang mengkonsumsi. Di bawah ini adalah data penampilan ayam pedaging yang diberi produk fermentasi lumpur sawit.
Tabel 1. Penampilan ayam pedaging (1 hari-5minggu)
Parameter Kontrol LSF
5 % 10 % 15 %
Pertambahan bobot badan (g/e) 981 1104 1039 1002
Konsumsi ransum (g/e) 2035* 2126 2115 2060
Konversi ransum 2,07* 1,95 2,04 2,06
Konsumsi bahan kering (g/e) 1777 1883 1866 1817
Konversi bahan kering 1,81 1,69 1,70 1,81
Keterangan: tanda * menunjukkan perbedaan yang nyata antara kontrol dengan rata-rata perlakuan lainnya (P<0,05)
 Tabel 4. bobot karkas, lemak abdomen, hati, dan rempela ayam broiler yang diberi lumpur sawit fermentasi (% bobot hidup)
Parameter Kontrol LSF
5 % 10 % 15 %
Karkas 66,6 67,3 66,2 67,3
Lemak abdomen 1,97 2,01 2,22 2,07
Hati 2,12 2,13 2,22 2,07
Rempela 2,05 1,92 1,99 2,07
 Dari tabel di atas terlihat bahwa penggunaan produk lumpur sawit fermentasi dalam ransum hingga 15% tidak menyebabkan penurunan konsumsi ransum, gangguan pertumbuhan, perubahan persentase karkas, dan lemak abdomen yang dihasilkan maupun kelainan pada organ (hati dan rempela) ayam. Hal ini terlihat dari data konsumsi ransum, PBB, FCR, persentase karkas, bobot lemak abdomen, bobot hati, dan berat rempela ayam dibandingkan dengan kontrol.
Untuk pertambahan bobot badan terlihat bahwa penggunaan produk lumpur sawit fermentasi pada taraf 5 % adalah yang tertinggi, hal ini mungkin merupakan petunjuk bahwa produk fermentasi mengandung suatu zat pemacu pertumbuhan/growth promotant yang hanya efektif bila diberikan pada dosis rendah, kemungkinan aktivitas zat tersebut cukup tinggi di alam produk segar, sehingga efektifitasnya tidak terlihat lagi secara nyata sampai pada penggunaan produk fermentasi taraf 10%.
 Konversi bahan kering ransum kontrol tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan rata-rata konversi bahan kering ransum yang mengandung lumpur sawit fermentasi peningkatan kadar lumpur sawit fermentasi dari 5% menjadi 15 % nyata menyebabkan konversi bahan kering semakin jelek, tetapi konversi bahan kering ransum dengan kadar 10% LSF tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan ransum 5 % maupun 15 %.
            Mortalitas ayam pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinurat (2001) ini sangat rendah (hanya 2 ekor dari 210 ekor atau 0,95%) dan tidak ada gejala yang mencurigakan bahwa kematian ayam disebabkan oleh perlakuan. Penelitian terdahulu juga tidak mengindikasikan adanya perbedaan mortalitas karena pemberian LSF pada ayam broiler (Sinurat, et.al., 2000). Oleh karena itu, data mortalitas tidak disajikan dalam tabel. Hasil ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya bahwa penggunaan produk LSF tidak membahayakan kesehatan ayam broiler dan tiadak menyebabkab perubahan persentase karkas yang dihasilkan, hati, rempela, maupun lemak abdomen
 III. Kesimpulan
  1. Fermentasi lumpur sawit dengan kapang Aspergillus niger selama 4 hari menghasilkan kandungan protein kasar dan serat kasar yang baik. Kandungan protein kasar meningkat menjadi 35,43% dari 13,25% dan serat kasar  turun dari 16,3% menjadi 13,8%.
  2. Ransum dengan kandungan 5% lumpur sawit fermentasi memberikan hasil yang terbaik untuk pertambahan bobot ayam pedaging.
  3. Pemberian lumpur sawit fermentasi sampai pada taraf 15% ini tidak menimbulkan respon yang negatif terhadap karkas, lemak abdomen, dan organ (hati dan rempela) pada ayam broiler.
 DAFTAR PUSTAKA
 Bintang , L. A. K., A. P. Sinurat, T. Purwadaria, dan T. Pasaribu. 2000. Nilai gizi lumpur kelapa sawit hasil fermentasi pada berbagai proses inkubasi. J. Ilmu Ternak Vet. 5 (1) : 7-11
 http://index.php.htm. Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi Aspergillus niger dalam Ransum terhadap pertumbuhan ayam broiler
 Mairizal. 2008. Upaya peningkatankualitas lumpur sawit melalui fermentasi dengan  Aspergillus niger serta aplikasinya dalam ransum ayam broiler. Jambi
 Mirwandhono, E. 2004. Pemanfaatan lumpur kelapa sawit  yang difermentasi dengan Aspergillus niger, Rhizhopus oligosporus dan Thricoderma viridae dalam ransum ayam pedaging. Sumatera utara
 Pasaribu, T(et.al). 1998. Peningkatan Nilai gizi lumpur sawit melalui proses fermentasi : Pengaruh jenis kapang, suhu dan lama proses enzimatis. J. Ilmu Ternak Vet. 3(4) : 237-242.
 Purwadaria, T., AP. Sinurat, Supriyati, H. Hamid, dan I.A.K. Bintang. 1999. Evaluasi nilai gizi lumpur sawit fermentasi dengan Aspergillus niger setelah proses pengeringan dengan pemanasan. J. Ilmu Ternak Vet. 4 (4) : 257-263).
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, P. Ketaren, D. Zainuddin dan I.P. Kompiang. 2000. Lumpur sawit kering dan produk fermentasinya sebagai bahan pakan ayam broiler. J. Ilmu Ternak Vet. 5 (2) : 107-112.
Sinurat, A.P., I. A. Bintang, T. Purwadaria, dan T. Pasaribu. 2001. Pemanfaatan lumpur sawit dan prouk fermentasinya untuk ransum unggas. J. Ilmu Ternak Vet. 6 (1) : 28-33
Supriyati, T. Pasaribu, H. Hamid, dan A.P. Sinurat. 1998. Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat padat dengan menggunakan Aspergillus niger. J. Ilmu Ternak Vet. 3 (3): 165-170.

17 comments:

  1. Novita (E1C009018) PTR 09.
    Manfaat tanaman sawit, ternyata lebih berpotensi dalam peternakan, baik dari daun, pelepah, buah maupun lumpur sawitnya.
    setelah saya membaca artikel ini ada satu yang ingin saya tanyakan, kenapa dalam fermentasi saya sering membaca bahwa dalam fermentasi selalu menggunakan Aspergillus niger, kenapa tidak menggunakan bakteri yang lain...??
    & apa keunggulan dari Aspergillus niger tersebut pak...??

    ReplyDelete
  2. Novita, keunggulannya adalah bisa mencerna serat kasar dalam jumlah yang tinggi.

    ReplyDelete
  3. Ria Puspita Sari E1C009008February 21, 2012 at 8:28 PM

    saya setuju bahwa limbah dari sawit merupakan pakan alternatif yang potensial di indonesia karena didukung luasnya lahan pertanian sawit sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah sawit yang ada. selain itu juga dengan proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan PK menjadi 22,07 % (sinurat, 2003)yang difermentasi dengan aspergillus niger. namun apabila difermentasi dengan neurosporra crassa bisa mencapai 23,45 % (Fenita, 2010). apa yang menyebabkan adanya perbedaan hasil PK yang diperoleh setelah difermentasi pak? apakah ada perbedaan yang mendasar dari kedua kapang padahal sama-sama bersifat karotegenik atau dari segi lamanya fermentasi yang berbeda? ( aspergillus 4 hari sedangkan neurosporra 7 hari)...

    ReplyDelete
  4. sutriatha (E1C009019)March 18, 2012 at 7:35 PM

    sutriatha (E1C009019)
    berdasarkan artikel diatas saya setuju karena lumpur sawit nilai gizinya cukup baik dan tidak baersaing dengan kebutuhan manusia dan dengan adanya fermentasi dapat meningkatkan daya cerna unggas dan penggunaanya lumpur sawit dapat ditingkatkan.

    ReplyDelete
  5. Wah...ternyata fungi ini bisa dimanfaatkan juga dan hasilnya juga baik sebagai salah satu pakan alternatif ayam broiler. Informasi yang baik sebagai pengetahuan kami ^_^

    ReplyDelete
  6. lagi-lagi limbah industri mampu dikelolah dan diciptakan sebagai pakan untuk ternak, yaitu lumpur sawit yang difermentasika dengan kapang Aspergillus niger ternyata mampu meningkatkan nilai protein pada Lumpur sawit. serta mampu menghasilkan produk ayam yang meningkat tanpa memberikan dampak negatif pada kualitas karkas yang dihasilkan. sebuah sentuhan teknologi yang bisa di ancungi jempol..

    ReplyDelete
  7. Muhammad Yusuf ( E1c010008 )
    dalam Artikel ini limbah lumpur sawit di fermentasi dengan Aspergilus niger untuk mengubah serat kasar, tapi saya juga membaca jurnal ( Fenita at al, 2010) fermentasi menggunakan neuraspora sp.tapi hasilnya lebih baik pak, kenapa bisa seperti itu ya pak? terimakasih atas penjelasannya.

    ReplyDelete
  8. begitu banyak keunggulan yang dimiliki oleh aspergillus niger sebagai kapang. dan ternyata tanaman sawit bisa dilibatkan dengan dunia peternakan. begitu banyak limbah hasil dari industri pengolahan sawit yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk ternak.

    ReplyDelete
  9. artikel yang bagus seperti kita ketahui sawit di indonesia banyak,tetapi banyk di gunakan untuk kebutuhan manusia,semoga dengan adanya ide ini sawit yang dulunya di butuhkan untuk manusia dapat diubah menjadi kebutuhan ternak

    ReplyDelete
  10. teguh rafian (E1C011046)
    pengolahan LFS memang sangat banyak diminanti untuk pakan unggas pada saaat ini, dan dari artikel ini saya lihat pada taraf 5% LSF lebih menunjukkan dampak positif pada ternak unggas.

    ReplyDelete
  11. saya baru mengetahui bahwa bakteri aspergillus niger bisa di manfaat kan untuk fermentasi dan mempunyai keunggulan mencerna serat kasar dalam jumlah yang tinggi,, fantastic dan Ransum dengan kandungan 5% lumpur sawit fermentasi memberikan hasil yang terbaik untuk pertambahan bobot ayam pedaging.ya ini memang patut untuk di budidayakan oleh para sarjana - sarjana peternakan dan di sosialisasikan dengan masyarakat..

    ReplyDelete
  12. SANDI EKA PUTERA (E1C011005)

    waw ternyata dengan memanfaatkan lumpur sawit fermentasi dengan aspergillus niger dalam ransum ayam broiler dengan kandungan 5% lumpur sawit dapat menambah bobot ayam pedaging. dan ternyata pemberian aspergillus niger selama 4 hari, Kandungan protein kasar meningkat menjadi 35,43% dari 13,25% dan serat kasar turun dari 16,3% menjadi 13,8%. ini sangat baik dan perlu dikembangkan. terimakasih pak :)

    ReplyDelete
  13. wajuli(E1c010014)
    artikel ini sangat menarik,,ternyata,limbah industri juga masih berpotensi untuk dikelolah menjadi pakan ternak. apalagi di artikel ini dikatakan dengan pemberian 5% lumpur sawit fermentasi dapat meningkatkan bobot ayam broiler.jadi apa salahnya kalau limbah-limbah sawit yang ada kita manfaatkan sebaik mungkin sehingga dengan pemanfaatan limbah tersebut juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan sekitar.

    ReplyDelete
  14. muhammad Yusuf (E1c010008)
    wah ide bagus neh... sebelum di berikan langsung ke ternak... limbah di tingkatkan kandungan gizinya terlebih dahulu dengan fermentasi... saya mau tanya pak. dimana kita bisa mendapatkan jamur aspergilus tersebut? tq

    ReplyDelete
  15. muhammad yusuf (e1c010008)
    artikel ini sangat menarik.. saya rasa ini akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa unib sebagai bahan penelitian karena mengingat di bengkulu banyak pabrik sawit...

    ReplyDelete
  16. Hendri Afrizal (E1C008012)lagi-lagi limbah industri mampu dikelolah dan diciptakan sebagai pakan untuk ternak, yaitu lumpur sawit yang difermentasika dengan kapang Aspergillus niger ternyata mampu meningkatkan nilai protein pada Lumpur sawit. serta mampu menghasilkan produk ayam yang meningkat tanpa memberikan dampak negatif pada kualitas karkas yang dihasilkan.dan artikel sangat baik untuk di pelajari dan bermanfaat bagi kami mahasiswa yang sangat membutuhkan ilmu pengetahuan.

    ReplyDelete
  17. aspergillus mampu mencerna serat kasar dalam jumlah tinggi ,lalu bagaimana dengan statemen bahwa monogastrik hanya membutuhkan serat kasar dalam jumlah sedikit saja.Kemudian apabila harus diberikan pakan ini,apakah berfungsi untuk menutupi kebutuhan hidup pokok???

    ReplyDelete