Pages

Monday, September 24, 2012

Beberapa Senyawa Polutan di Kandang Unggas


Oleh: Urip Santoso


            Beberapa senyawa dapat merupakan racun baik bagi manusia maupun hewan. Beberapa diantaranya adalah yang akan diuraikan sebagai berikut.

a. Karbon dioksida

            CO2 adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan satu setengah kali lebih berat dibanding kan udara. Seringkali keberadaan CO2 diabaikan sebagai parameter pengukuran. Penelitian menunjukkan bahwa ventilasi yang biasa digunakan untuk mengendalikan suhu dan kelembab an sudah cukup untuk mengendalikan CO2. Gas ini menyebabkan gangguan sesak napas se hingga perlu diperhitungkan pada konsentrasi yang tinggi. Tingkat konsentrasi maksimum yang masih direkomendasikan untuk kandang ayam adalah 2500 ppm. CO2 merupakan limbah dari proses metabolisme tubuh bersamaan dengan dihasilkannya panas dan kelembaban. Gas ini merupakan hasil pembakaran sempurna dari bahan hidrokarbon. Karena CO2 mempunyai berat jenis lebih besar daripada udara, maka CO2 biasanya terdapat pada bagian lapisan bawah dari udara. Pelepasan CO2 dari litter merupakan hasil dari aktivitas mikroorganisme dalam litter. Produksi oleh unggas dan emisi dari litter akan meningkatkan konsentrasi CO2 dalam udara (living area). Ada pendapat bahwa maksimum konsentrasi CO2 adalah berkisar dari 0,3 sampai 2% ( 1 vol-% = 10000 vpm = 19,7 g/m3). Pengetahuan tentang emisi CO2 dari litter memberikan pengetahuan emisi yang lebih baik dari total produksi CO2 oleh unggas dan litter dalam kandang. Informasi ini dapat digunakan untuk menghitung ventilasi dalam kandang berventilasi alami. Emisi CO2 dari litter dalam kandang unggas berkisar antara 7 sampai 56% bergantung kepada produksi oleh unggas. Konsentrasi CO2 dalam living area adalah sampai dengan 2 kali lebih tinggi daripada konsentrasi dalam outlet air.
            Dalam kadar normal CO2 biasanya dilepaskan via paru-paru melalui pernafasan. Jika kadar CO2 tinggi di dalam alveoli, maka pelepasan CO2 tercegat. Jika CO2 tertahan maka akan mengakibatkan acidosis (keasaman dalam darah). Bila acidosis parah, maka pH jaringan akan turun. Bila berkelanjutan jaringan tersebut akan mati, karena disfungsi dari jaringan-jaringan terutama pusat syaraf. Untuk menghindarinya sediakan udara segar.

Saturday, September 15, 2012

Pengaruh Gas Beracun pada Ternak

Poultryindonesia.com, Tips. Kandang yang jelek sangat mudah menghasilkan gas-gas beracun yang biasanya timbul dari kotoran ternak yang tidak terbuang. Gas beracun ini akan mengumpul disekitar kandang sehingga mampu mencekik ternak yang ada.
Tata laksana perkandangan pada suatu usaha peternakan unggas sangat  besar peranannya dalam menentukan besar kecilnya keuntungan yang bakal diraih. Sistem perkandangan yang baik akan memperhatikan betapa penting arti ventilasi, cahaya, kebersihan tempat pakan dan minum, kebersihan lantai kandang dari tumpukan kotoran dan sebagainya.
Kandang yang jelek, yang tidak memperhatikan ventilasi, cahaya, pembuangan kotoran dan lain-lain akan sangat merugikan bagi usaha peternakan. Kandang yang jelek sangat mudah menghasilkan gas-gas beracun yang biasanya timbul dari kotoran ternak yang tidak terbuang.
Gas beracun ini akan mengumpul disekitar kandang sehingga mampu mencekik ternak yang ada. Ahmad Jauhari (1985) menyatakan, gas-gas beracun yang biasa ditemukan dalam kandang yaitu : NH3, CO2, H2S dan lain-lain.
 Gas CO2
Gas ini dihasilkan dari pembakaran sempurna dengan bahan bakar (HC). Gas CO2 bisa berasal dari alat-alat pemanas dalam kandang yang memakai bahan bakar minyak/ HC (bukan listrik), atau bisa juga berasal dari polusi udara dari industri yang mungkin ada di sekitar lokasi peternakan. Gas CO2 sudah dapat menimbulkan stress pada ternak pada level 10% dari udara. Pada kandungan CO2 dalam udara sebanyak 25% akan mengakibatkan rate respirasi ternak menjadi turun dan ternak memasuki fase koma, tak sadarkan diri  hingga mati. Pada saat konsentrasi CO2 mencapai level 40-50%, dapat mengakibatkan kematian ternak.
Bila onsentrasi CO2  dalam udara tinggi, maka akan banyak tersedot masuk saluran pernafasan dan dapat menimbulkan asidosis. Asidosis ini akan menyebabkan penurunan PH yang mengakibatkan tidak berfungsinya sistem pengaturan syaraf pusat (CNS) yang akhirnya dapat membawa kematian.
 Gas CO
Gas CO berasal dari hasil pembakaran dari bahan bakar HC yang tidak sempurna karena kekurangan oksigen. CO berbahaya bagi ternak, sebab CO udara yang masuk saluran pernafasan akan berikatan dengan Hb membentuk COHb yang merupakan ikatan yang sangat kuat dan sulit dilepas.
Pada level rendah memang masih dapat ditolerir, tapi pada level 6-8% COHb dalam darah sudah dapat menimbulkan stress ternak. Pada level 12% dapat menimbulkan kesulitan dalam koordinasi gerak. Level 20-40%, ternak menjadi malas bergerak dan acuh terhadap lingkungan. Pada level 60-70% COHb dalam darah dapat mengakibatkan kematian. Gejala keracunan CO  adalah : hewan terlihat malas dan
mengantuk, tidak peka rangsangan sekelilingnya, tidak dapat mengkoordinasi gerak, kesukaran bernafas, koma dan kemudian mati.
 Gas NH3
Adalah gas yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran ternak dan dari material sumber N yang ada. Kandang yang tidak baik ventilasinya akan menimbilkan bahaya bagi ternak. Kandungan NH3 sebanyak 10 mg/m3 dalam udara dapat dideteksi oleh manusia melalui baunya yang khas. Pada konsentrasi 14 mg/m3 produksi telur layer mulai turun.
Konsentrasi 17-24 mg/m3 menimbulkan rasa pedas pada mata dan ternak menjadi stress. Pada konsentrasi 40-50 mg/m3 akan menyebabkan iritasi mata dimana korneamata akan mengalami erosi (pelarutan).
 Gas H2S
Merupakan gas beracun hasil dekomposisi dari zat-zat organik yang mengandung S. Gas ini bisa menimbulkan ganguan pada ternak, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Hewan yang keracunan gas H2S biasanya mempunyai tanda-tanda : respirasi terhenti, sebelum terjadi kematian timbul kejang-kejang dan tidak sadarkan diri, sedang paru-parunya tampak pucat dan membengkak.
Bila melihat kenyataan di atas, penyebab terjadinya keracunan adalah kurang baiknya sistem ventilasi kandang sehingga udara segar dari luar yang sangat diperlukan oleh ternak tidak dapat masuk. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya keracunan ini, inti pokok yang harus diperhatikan adalah adanya ventilasi kandang yang baik sehingga pertukaran udara segar dan keluarnya gas-gas beracun dari dalam kandang dapat berjalan dengan lancar.PI/dw

Silakan mengutip dan atau meng-copy tulisan ini dengan menyebut sumbernya : www.poultryindonesia.com

Monday, September 10, 2012

Pedoman Mutu Air Minum untuk Unggas


Table 2. Drinking Water Quality Guidelines for Poultry
Contaminant or characteristic
Level considered average
Maximum acceptable level
Remarks
 Bacteria

Total bacteria
0/ml
100/ml
0/ml is desirable.

Coliform bacteria
0/ml
50/ml
0/ml is desirable.
 Nitrogen compounds

Nitrate
10 mg/l
25 to 45 mg/1
Levels from 3 to 20 mg/l may affect performance.

Nitrite
0.4 mg/l
4 mg/l

 pH
6.8 to 7.5
 ----
A pH of less than 6.0 is not desirable. Levels below 6.3 may degrade performance.
Total hardness
 60 to 180
 ----
Hardness levels less than 60 are unusually soft; those above 180 are very hard.
 Naturally occurring chemicals

Calcium
60 mg/l
 ----
Levels as low as 14 mg/l may be detrimental if the sodium level is higher than 50 mg/l.

Chloride
14 mg/l
250 mg/l
 Copper
0.002 mg/l
0.6 mg/l
Higher levels produce a bad odor and taste.
 Iron
0.2 mg/l
0.3 mg/l
Higher levels produce a bad odor and taste.
 Lead
 ----
0.2 mg/l
Higher levels are toxic.
 Magnesium
14 mg/l
125 mg/l
Higher levels have a laxative effect. Levels greater than 50 mg/l may affect performance if the sulfate level is high.
 Sodium
32 mg/l
 ----
Levels above 50 mg/l may affect performance if the sulfate or chloride level is high.
 Sulfate
25 mg/l
1250 mg/l
Higher levels have laxative effect. Levels above 50 mg/l may affect performance if magnesium and chloride levels are high.
 Zinc
 ----
1.50 mg/l
Higher levels are toxic.
 SOURCE: Adapted from T. A. Carter and R. E. Sneed, Drinking Water Guidelines for Poultry, Poultry Science and Technology Guide No. 42, North Carolina State University
 

Pedoman Mutu Air Minum untuk Ternak


TABLE 1. DRINKING WATER QUALITY GUIDELINES




CONTAMINANT
OR CHARACTERISTIC
LEVEL CONSIDERED AVERAGE
MAXIMUM ACCEPTABLE LEVEL
REMARKS

Bacteria
Total Bacteria
0 / ml
100 / ml
0/ ml is desirable




Coliform Bacteria
0 / ml
50 / ml
0/ ml is desirable

Nitrogen Compounds
Nitrate
10 mg / l
25 mg / l
Levels from 3 to 20 mg / l may affect performance




Nitrate
0.4 mg / l
4 mg / l


Acidity and Hardness
pH
6.8 - 7.5
. . .
a pH of less than 6.0 is not desirable. Levels below 6.3 may degrade performance.




Total Hardness
60 - 180
. . .
Hardness levels less than 60 are unusually soft, those above 180, very hard.

Naturally Occurring Chemicals
Calcium
60 mg / l
. . .





Chloride
14 mg / l
250 mg / l
Levels as low as 14 mg / l may be detrimental if the sodium level is higher than 50 mg / l




Copper
0.002 mg / l
0.6 mg / l
Higher levels produce a bitter flavor.




Iron
0.2 mg / l
0.3 mg / l
Higher levels produce a bad odor and taste.




Lead
. . .
0.02 mg / l
Higher levels are toxic.




Magnesium
14 mg / l
125 mg / l
Higher levels have a laxative effect. Levels greater than 50 mg / l may affect performance if the sulfate level is high.




Sodium
32 mg / l
. . .
Levels above 50 mg / l may affect performance if the sulfate or chloride level is high.




Sulfate
125 mg / l
250 mg / l
Higher levels have a laxative effect. Levels above 50 mg / l may affect performance if magnesium and chloride level is high.




Zinc
. . .
1.50 mg / l
Higher levels are toxic.
Source: Schwartz, D. L., "Water Quality," VSE, 81c., Penn. State Univ. (mimeographed); and R. Waggoner, R. Good, and R. Good, "Water Quality and Poultry Performance," in Proceedings AVMA Annual Conference, July, 1984.